Singapura (ANTARA News) - Harga minyak merosot hampir empat dolar di perdagangan Asia, Jumat, setelah pasar dunia "mandi darah", dengan para pedagang menjadi kian yakin melesunya ekonomi global akan melukai permintaan akan energi, para pialang menyatakan. Harga minyak Brent Laut Utara tenggelam di bawah 80 dolar untuk pertama kalinya dalam setahun. Para dealer menyatakan kekhawatiran ekonomi menyisihkan berita Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menggelar pertemuan darurat bulan depan untuk membahas krisis global dan dampaknya pada permintaan energi. Kontrak utama New York, minyak mentah jenis light sweet, untuk penyerahan Nopember turun 3,74 dolar menjadi 82,85 dolar, setelah jatuh sebesar 2,36 dolar menjadi 86,59 dolar pada Kamis di bursa berjangka minyak New York Mercantile Exchange (NYMEX). Harga minyak Brent untuk pengiriman Nopember turun 3,47 dolar menjadi 79,19 dolar, setelah turun 1,70 dolar pada 82,66 dolar di London, Kamis. "Pasar saham di seluruh dunia kini betul-betul mandi darah, dan harga minyak ikut anjlok bersamanya," kata Victor Shum, dari perusahaan konsultan energi internasional Purvin and Gertz di Singapura. Bursa Tokyo terjun bebas lebih dari 10 persen dan bebarapa bursa lainnya menukik lebih dari tujuh persen akibat munculnya kepanikan otoritas keuangan tak mampu mengendalikan krisis finansial global. Pasar minyak "semakin merasakan tak terhindarkannya" bahwa dunia kini memasuki kemerosotan ekonomi yang luas yang akan mempengaruhi permintaan terhadap energi, kata Shum kepada AFP. OPEC mengatakan pihaknya akan menggelar pertemuan darurat di Wina pada 18 Nopember untuk membicarakan "krisis finansial global, situasi ekonomi dunia dan dampaknya pada pasar minyak." "Organisasi itu merasa prihatin dengan kondisi ekononi yang terus memburuk," kata sebuah pernyataan dari OPEC, yang 12 anggotanya memompa sekitar 40 persen pasokan minyak dunia.

COPYRIGHT © ANTARA 2008