Padang (ANTARA News) - Indonesia tidak perlu panik soal kemungkinan bakal ditariknya dana asing yang ditanam di Indonesia melalui bursa, Wakil Presiden Jusuf Kalla. "Ke mana orang bawa dolar? Mau ke mana? Ke Singapura risiko, Jepang risiko, AS risiko. Tidak semudah itu. Lebih berbahaya di negeri lain ketimbang di Indonesia," kata Ketua Umum Golkar itu usai bersilaturahmi dengan Caleg Golkar se-Sumbar di Padang, Jumat. Ia menegaskan, ekonomi dalam negeri pada dasarnya baik, karena itu Indonesia tak terlalu terpengaruh dengan suasana panik di luar negeri. Kalla mengatakan, apa yang terjadi di bursa AS itu berbeda dengan bursa Indonesia, karena bursa di AS itu kapitalisasinya sampai 1,5 kali daripada GDP (Gross Domestic Product)-nya, sedangkan di Indonesia kapitalisasi di bursanya hanya 20 persen dari GDP. "Jadi kalau ada masalah di Wall Street itu berpengaruh total terhadap GDP AS, sementara Indonesia tidak, dan itu pun 60 persen dimiliki asing, jadi tak berpengaruh banyak meski memang turun," katanya. Menurut dia penurunan Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia bukan disebabkan faktor kepercayaan tetapi karena pengaruh faktor global di mana investor asing yang sebesar 60 persen itu mau keluar untuk mendapatkan likuiditas dengan menjual sahamnya. Karena itu lanjut dia, situasi tersebut diharapkan justru akan memberi keuntungan bagi BUMN-BUMN di Indonesia yang berniat membeli saham-saham yang dijual murah oleh asing. "Justru ini bagaimana suasana menguntungkan. Yang jual saham kan orang asing. Sebagian besarnya karena ingin mendapatkan likuiditas karena ada masalah di luar negeri. Jadi ingin mendapatkan walaupun menjual rugi saham itu. Kalau BUMN membeli saham-saham tersebut justru menguntungkan dalam negeri karena yang melepas itu asing," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008