Jakarta (ANTARA News) - Sistem pemilihan pemimpin bangsa dan negara yang berdasarkan demokrasi seperti saat ini dinilai tidak akan mampu mengatasi persoalan yang dihadapi Indonesia, karena itu sistem tersebut harus ditinggalkan dan beralih untuk mencari pemimpin yang memperoleh "wahyu" dari Tuhan. "Sistem pemerintahan tidak berdasarkan demokrasi, tidak berdasarkan apapun tapi berdasarkan wahyu dari Tuhan," kata tokoh spiritual Haris Suhyar yang juga pendiri Yayasan Sirnagalih di Jakarta, Senin malam. Haris Suhyar mengatakan hal itu ketika menjadi pembicara tunggal dalam sarasehan yang digelar secara rutin oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata setiap malam selasa kliwon atau malam anggoro kasih. Sirnagalih selama ini dikenal aktif mengembangkan peningkatan kesadaran dan kualitas diri manusia. Sarasehan itu mengupas soal "sangkan paraning dumadi" atau asal muasal dan tujuan akhir manusia yang pada malam itu dibeberkan secara sederhana melalui tayangan video. Dalam tayangan tersebut digambarkan bahwa manusia berasal dari cahaya suci Sang Hidup dan ketika ia kembali harus juga dalam kondisi suci. Namun langkah ini ternyata begitu berat karena manusia terjebak dengan panca indranya dan berbagai perbuatan yang semakin mengotori dirinya. Berbagai kotoran itu kemudian menutup cahaya terang suci tersebut. Tugas manusia sendiri dalam kehidupan ini adalah bagaimana membersihkan berbagai kotoran tersebut sehingga hati nuraninya menjadi terang dan dapat menjadi pengarah dalam semua gerak manusia. Manusia yang telah mampu mencapai kesucian ini yang disebut telah mencapai kepada tujuan akhirnya, dan manusia seperti itu yang layak menjadi pemimpin. "Barang siapa yang telah mendapatkan wahyu ini berarti tahu keselamatan umat manusia," kata Haris yang berbicara di hadapan sedikitnya 250 penganut kepercayaan terhadap Tuhan dan kalangan umat beragama. Dikatakannya jika ada rakyat yang sudah menemukan orang yang telah mencapai tingkat keselamatan seperti itu maka wajib untuk mendukungnya. "Manusia seperti itu telah dibimbing oleh rasa atau cahaya ilahi tadi, maka selamatlah manusia dan selamat pula negara," katanya. Namun apa yang terjadi dengan bangsa ini justru sebaliknya. Yang ada, katanya, adalah pengingkaran terhadap ajaran leluhur seperti sangkan paraning dumadi. "Kita harus kembali ke leluhur, gali. Andalah yang harus menentukan keadaan negara, andalah yang harus mendapatkan cahaya ini," katanya. Haris Suhyar juga mengajak para peserta untuk bersama-sama mencari orang yang telah mampu atau sampai ke tujuan seperti yang diuraikan dalam tayangan video mengenai sangkan paraning dumadi. "Mau tidak mau, kalau ingin selamatkan bangsa ini cari orang yang semacam ini," katanya. Konsekuensi dari kegagalan mencari penerima wahyu tersebut, menurut dia adalah tidak adanya ketenangan dan kedamaian. Seperti yang terjadi saat ini, katanya, rakyat yang sakit memilih pemimpin yang berasal dari rakyat yang sakit itu juga, dan hasilnya tentu bisa ditebak bahwa pemimpin yang demikian tidak akan mampu membawa Indonesia kepada masa keemasan. "Kita harus berdoa agar menemukan penyembuh yaitu mereka yahng telah tercerahkan oleh cahaya ilahi. Inilah tonggak kita sekarang, ayo kita sama-sama wujukkan ini. Siapa saja," katanya.(*)

Pewarta: bwahy
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008