Jakarta (ANTARA News) - Sutiyoso yang sudah mendeklarasikan diri sebagai calon presiden RI untuk Pilpres 2009 menyatakan, krisis keuangan global sekarang ini tidak hanya mempertontonkan runtuhnya lembaga keuangan Amerika Serikat dan Eropa, tetapi juga menunjukkan gagalnya sistem ekonomi kapitalis. Dalam keterangannya di Jakarta Rabu, Sutiyoso mengingatkan perlunya mewaspadai dampak negatif dari krisis keuangan global itu terhadap perekonomian rakyat mengingat lemahnya fundamental ekonomi Indonesia. Kata Sutiyoso, fundamental ekonomi Indonesia rapuh karena 90 persen ekonomi nasional dikuasi oleh sekelompok kecil pengusaha besar, pengusaha asing, dan BUMN, sedangkan pengusaha mikro, kecil menengah dan koperasi yang jumlahnya sangat banyak hanya menguasai sebagian kecil. Pembangunan makro ekonomi tidak memberikan dampak positif terhadap pembangunan mikro ekonomi. Seharusnya ekonomi Indonesia berazaskan keadilan yang berbentuk belah ketupat. "Ditengah yang besar yaitu pengusaha menengah yang banyak dan kuat. Sekarang ini, ekonomi kita hanya ditopang oleh sekelompok kecil pengusaha besar, pengusaha asing dan BUMN," kata dia. Padahal menurut Sutiyoso, pengusaha asing tidak bisa diharapkan untuk menopang ekonomi Indonesia karena investasi mereka pada umumnya bersifat padat modal, teknologi, dan jangka pendek. Investasinya kurang menyerap tenaga kerja dan setiap saat mereka bisa menarik dananya karena sistem devisa bebas yang dianut Indonesia. Kalau krisis keuangan global berlanjut, kata orang yang akrab dipanggil Bang Yos itu, maka pengusaha besar dan BUMN tidak bisa bertahan, apalagi kalau ditinggal pergi para investor asing. Krisis ekonomi global saat ini juga pasti memukul UKM dan ekonomi kerakyatan karena sebagian produk mereka mensuplai industri besar dan sebagian lagi dijual di pasar internasional, sementara daya beli masyarakat dunia (Amerika Serikat, Eropa dan negara industri lainnya) melemah. Koreksi Sistem Ekonomi Menurut Sutiyoso, tesis Francis Fukuyama dalam bukunya "The End of History and Last Man" yang menggambarkan usainya perang dingin dan runtuhnya tembok Berlin 1989 merupakan kemenangan politik dan ekonomi liberal, telah dibantah oleh kenyataan krisis yang terjadi sekarang. "Krisis ekonomi global, harus menyadarkan kita untuk melakukan koreksi total terhadap sistem ekonomi kapitalis yang kita tiru dan amalkan sampai sekarang ini. Kita harus akui, mengamalkan sistem ekonomi kapitalis lebih banyak mudaratnya bagi rakyat dan bangsa Indonesia daripada manfaatnya." Kata Sutiyoso, dengan sistem ekonomi kapitalis, Indonesia akan semakin terkooptasi oleh berbagai kepentingan barat. Kekakayaan alam Indonesia dikuras dan pasarnya semakin dikuasai asing dan dijajah secara ekonomi, teknologi maupun distribusi sehingga kita terus mengutang setiap tahun dan saat ini menjadi pengutang yang sangat besar. Ia menyebutkan pada tahun depan 2009, Indonesia harus membayar cicilan utang dan bunga sekitar Rp 170 triliun. Sementara hasil pembangunan hanya dinikmati sebagian kecil rakyat Indonesia. Sebagian besar rakyat kita masih hidup miskin, kurang gizi dan kurang pendidikan. Sutiyoso menyatakan komitmennya bila memimpin Indonesia akan merubah konsep ekonomi Indonesia menjadi ekonomi belah ketupat yang berdaya saing dan berkeadilan. Ekonomi kerakyatan tumbuh dan berkembang menjadi pengusaha menengah yang kuat, solid, dan kukuh manajemen dan permodalannya, dan kekayaan alam dikelola sendiri secara profesional, transparan dan akuntabel. (*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008