New York (ANTARA News) - Saham-saham Wall Street jatuh pada Rabu waktu setempat atau Kamis pagi WIB, di tengah tekanan kekhawatiran resesi AS dan ekonomi global, karena kepanikan penjualan kembali menimpa pasar-pasar global. Indeks Dow Jones Industrial Average meluncur 733,08 poin atau 7,87 persen menjadi ditutup pada 8.577,91 dalam poin penurunan satu hari terburuk sejak bulan lalu ketika mencatat rekor penurunan 7777 poin dan persentase penurunan paling tajam sejak 1987. Dalam sebuah peristiwa penurunan yang brutal, indeks Standard & Poor`s jatuh 90,17 poin atau 9,03 persen menjadi 907,84. Indeks saham reknologi komposit Nasdaq berkurang 150,68 poin atau 8,47 persen menjadi 1.628,33 dalam sesi kejam lainnya untuk saham, meski ada upaya penyelamatan besar-besaran untuk sektor perbankan yang "sakit". "Pasar saham terkubur oleh kekhawatiran resesi," kata Al Goldman dari Wachovia Securities. "Hari ini berkembang kekhawatiran bahwa kemerosotan ekonomi akan beralih menjadi kontraksi yang signifikan karena kebekuan kredit bulan-bulan lalu mulai menunjukkan kenaikan dalam data," kata para analis Charles Schwab dalam catatan pasar terbarunya. "Penjualan ritel turun lebih besar dari perkiraan, dan survei manufaktur mencatat penurunan besar. Perusahaan-perusahaan sensitif ekonomi memasuki masa kemunduran." Pasar-pasar utama dunia kembali berjatuhan, di London indeks FTSE 100 turun 7,16 persen sementara di Paris, indeks CAC 40, merosot 6,82 persen dan di Frankfurt, indeks DAX, turun 6,49 persen. Aksi pasar terjadi di tengah berita bahwa penjualan ritel AS turun 1,2 persen pada September, sebuah sinyal dari masalah mendalam untuk sebuah ekonomi yang sakitakibat pasar finansial yang memburuk dan kredit ketat. Penurunan penjualan merupakan yang terbesar sejak Agustus 2005 dan lebih lemah daripada ekspektasi pasar turun 0,7 persen. "Data penjualan ritel menggarisbawahi pasar yang lebih tertekan kekhawatiran sekarang, yang merupakan arah dari ekonomi," kata Gregory Drahuschak dari Janney Montgomery Scott. "Situasai pasar kredit masih berubah terus menerus, namun para pedagang dalam banyak kasus melihat di luar ini dan merasa ragu berapa lama pelambatan ini akan berakhir." Carl Weinberg, kepala ekonom High Frequency Economics, mengatakan sekalipun aliran kredit diperbaiki, masalah belum berakhir. "Ekonomi dunia masih di ambang resesi meski ada upaya penyelamatan pasar finansial global," kata Weinberg. Sementara itu di Asia dan Eropa para investor melakukan aksi ambil untung setelah saham-saham di Wall Street berakhir melemah pada Selasa, meski diberitakan Washington akan menyuntikkan hingga 250 miliar dolar AS ke dalam bank-bank yang kesulitan dan membantu mengakhir krisis finansial terburuk sejak 1930. Di antara saham-saham dalam fokus, JPMorgan Chase turun 5,8 persen menjadi 38,49 dolar sekalipun telah mencatat laba lebih baik dari perkiraan untuk kuartal ketiga. Wells Fargo, yang juga labanya lebih baik dari perkiraan, turun tipis 0,51 persen menjadi 33,35 dolar. Raksasa chip komputer Intel turun 5,9 persen menjadi 14,99 dolar setelah labanya dilaporkan melampaui proyeksi. Saham utama lainnya, ExxonMobil turun 13,9 persen menjadi 62,35 dolar karena harga minyak mentah terus menurun. Rivalnya, Chevron merosot 12,5 persen menjadi 59,98 dolar. Sementara obligasi "rally" dengan imbal hasil (yield) obligasi negara bertenor 10-tahun berkurang menjadi 4,011 persen dari 4,023 persen pada Selasa dan obligasi negara bertenor 30-tahun turun menjadi 4,248 persen terhadap 4,260 persen. Harga dan yield obligasi bergerak berlawanan arah, demikian AFP.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008