Bangkok, (ANTARA News) - Daftar produk bermasalah "made in China" mungkin saja bertambah. Setelah mainan beracun dan susu mengandung melamin, kini giliran peluru gas air mata buatan China yang disorot. Sekelompok polisi dan rekan-rekan mereka mengirim surat ke Dubes China untuk Thailand, Jumat, berisi permintaan untuk penyelidikan terhadap komponen peluru gas air mata yang digunakan untuk membubarkan pengunjuk rasa pada 7 Oktober. Mereka meminta klarifikasi atas dugaan bahwa peluru gas air mata buatan China merupakan penyebab kematian dan kekacauan dalam unjuk rasa anti-pemerintah yang terjadi di Bangkok pada pekan lalu. Seorang wakil ketua partai PPP yang berkuasa, Letkol. Pol. Karn Tienkaew, menuntut Dubes China menjelaskan "mengapa senjata pengendali huru-hara berubah menjadi senjata mematikan". "Masalah gas air mata ini harus diklarifikasi secepat-cepatnya," kata Karn kepada Thai News Agency, sebagaimana dikutip Reuters. "Publik penasaran apakah gas air mata itu bisa membunuh atau membuat orang diamputasi." Sebelumnya, tokoh penyelidik forensik Thailand, Dr Pornthip Rojanasunand, mengemukakan bahwa gas air mata buatan China mengandung bahan peledak RDX. Peledak itu tampaknya dirancang untuk menyemburkan gas setelah peluru jatuh ke tanah. Menurut Pornthip, cedera pada beberapa korban tampaknya disebabkan peledak tersebut. Setidak-tidaknya dua pengunjuk rasa kehilangan kaki dan satu lainnya kehilangan tangan. Lebih dari 400 pengunjuk rasa cedera dan dua meninggal. Satu di antara korban itu tewas akibat ledakan misterius di dekat pengunjuk rasa. Karn mengatakan, tanggapan dari kedutaan China akan diteruskan kepada komite pencari fakta yang dibentuk Komisi Pemberantas Korupsi Nasional.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008