Jakarta, 20/10 (ANTARA) - Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Dedpudpar) akan lebih mempromosikan wisata minat untuk mengantisipasi penurunan wisatawan mancanegara (wisman) akibat dampak krisis finansial global. "Kita coba meminimalkan dampak dengan meningkatkan minat khusus seperti wisata bahari, menyelam, layar, surfing, golf," kata Dirjen Pemasaran Depbudpar, Sapta Nirwandar yang dihubungi dari Jakarta pada akhir pekan ini. Promosi lebih untuk wisata minat khusus pada masa akhir 2008 ini, kata Sapta juga untuk menggenjot target agar jumlah wisman 7 juta wisman karena diprediksi oleh BPS hanya bisa tercapai 6,4 juta orang. "Kita juga akan memfokuskan promosi pariwisata 2009 ke pasar wisata minat khusus karena wisman jenis ini mempunyai tingkat pengeluaran uang yang tinggi, bisa dua tiga kali lipat dibanding wisman pada umumnya," katanya. Sapta mencontohkan tingkat pengeluaran wisman untuk menyelam di Indonesia bisa mencapai 4.000 dolar AS, dibandingkan tingkat pengeluaran wisman untuk wisata hanya sekitar 1.000 dolar AS. Untuk mempromosikan wisata bahari Indonesia, Depbudpar akan menampilkan potensi wisata bahari kawasan Indonesia Timur dalam pameran "Diving Equipment and Marketing Association" (DEMA) Show 2008 yang akan berlangsung pada 22-25 Oktober 2008 di Las Vegas Convention Center, Amerika Serikat (AS). "Untuk tahun 2009, kita mengembangkan wisata bahari seperti menyelam. Oleh karena itu kita akan mengikuti DEMA ke Las Vegas dengan membawa 72 perserta," kata Dirjen Pemasaran Depbudpar Sapta Nirwandar yang dihubungi di Jakarta, Jumat. Sapta yang akan memimpin delegasi tersebut mengatakan 72 peserta yang ikut terdiri dari enam pemerintah daerah (Sulut, Kaltim, Wakatobi , Malut, Sulteng, dan Raja Ampat- Papua Barat), 22 pelaku bisnis (industri) pariwisata/ airlines, serta dua media cetak dan satu media elektronik. "Untuk golf, kita akan meningkatkan promosi lapangan golf di Bali, Bintan, Batam, Jakarta, Yogya termasuk paling utama dan Bandung. Kita juga akan memadukan wisata spa paling tidak dengan golf," katanya. Pemerintah juga berusaha untuk mempromosikan wisata minat khusus lainnya seperti ekowisata, termasuk wisata trekking di Gunung Rinjani (NTB), Gunung Bromo (Jatim), Gunung Ijen (Jatim) dan Gunung Halimun (Jabar). Belum berpengaruh Krisis finansial global yang terjadi saat ini, kata Dirjen Pemasaran Depbupar, belum berpengaruh terhadap tingkat wisman ke Indonesia. "Untuk 3 - 4 bulan ini kita masih bisa 'bernapas' karena sampai saat ini belum ada informasi pembatalan wisman, karena biasanya 'booking' sudah dilakukan enam bulan yang lalu," katanya. "Kita juga mengantisipasi pada 2009 nanti, karena pasti ada dampak krisis akan berkepanjangan sampai 2009, terutama negara-negara di luar negeri," jelasnya. Depbudpar akan meningkatkan jumlah kunjungan wisman dari pasar utama Indonesia yaitu Cina, Timur Tengah, India dan Rusia. "Australia terkena dampak krisis, tetapi masih banyak wisman yang datang ke Indonesia. tahun ini jumlah wisman Australia naik 40 perse," katanya. Depbudpar juga akan lebih gencar mempromosikan wisata Indonesia di tingkat regional ASEAN ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. "Kita juga melakukan promosi inter regional, kita promosi di Timur Tengah, paling tidak masyarakat negara itu untuk dari minyak," katanya. Selain itu, program promosi pariwisata dalam negeri KNCN (Kenali Negerimu Cintai Negerimu) untuk meningkatkan wisatawan nusantara. (wisnus) "Karena meskipun terkena dampak tetapi kita masih kuat sehingga masih banyak orang yang melakukan wisata," katanya. Senada dengan Dirjen Pemasaran,Direktur Utama Biro Perjalanan Wisata Panorama Tours, Satriyanto Tirtawisata mengatakan wisnus perlu digenjot pada saat krisis sekarang ini karena wisnus merupakan fundamental pariwisata suatu negara. Satriyanto juga setuju bahwa promosi pariwisata lebih difokuskan ke negara sekitar seperti Malaysia dan Singapura dibandingkan ke negara di Eropa, Amerika dan Jepang yang pasti terkena dampak krisis lebih besar. "Kita menghimbau kepada pemerintah untuk mengantisipasi persaingan antar destinasi antar negara dengan melakukan promosi yang terfokus ke pasar wisata utama Indonesia," katanya. Sedangkan Ketua Umum DPP Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Association of Indonesian Travel Agencies/Asita), Ben Sukma mengatakan krisis tidak terlalu berpengaruh terhadap pariwisata karena Amerika bukan merupakan pasar utama wisata Indonesia. Ketua BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia) Ponco Sutowo mengatakan, pengaruh krisis keuangan Amerika kecil terhadap pariwisata Indonesia karena Amerika bukan pasar utama Indonesia. "Kalau ke pariwisata di negara Amerika Latin atau Kanada mungkin pengaruhnya besar, karena bertetangga dengan Amerika," kata Ponco. Direktur LEPITA (Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata), Diyak Mulahela, mengatakan, pariwisata Indonesia sering menghadapi goncangan-goncangan yang muncul dan telah dihadapi. "Pengaruh krisis global ini tentu ada tapi banyak wisatawan yang mempunyai penghasilan menengah ke atas tetap tidak akan mengubah keputusannya untuk bertamasya sebagaimana biasa," kata Diyak. Menurutnya, pariwisata adalah kegiatan yang tidak begitu rentan atas pengaruh krisis yang menghantui bisnis dan ekonomi dunia, tetapi sangat rentan terhadap kondisi rasa aman dan nyaman dalam menikmati liburan. Dari data tingkat kunjungan wisman Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan Depbudpar, tingkat kunjungan wisman Amerika ke Indonesia berkisar kurang dari 200.000 wisman yaitu hanya 130.963 wisman atau hanya 3,79 persen dari 4.871.351 total jumlah wisman (2006), dan 157.936 wisman dari 5.002.101 total wisman atau hanya 4,19 persen (2005). Sedangkan pada tahun 2004 ada 153.268 orang dari total 5.321.165 wisman atau hanya 2,8 persen dan pada tahun 2003 ada 130.276 wisman dari 4.467.021 total wisman atau hanya 2,9 persen. Untuk keterangan lebih lanjut, silakan hubungi: Surya Dharma, Kepala Informasi dan Hubungan Masyarakat, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Telepon: 021 - 3838167, 021 - 3838131, Fax: 021 - 3849715

Pewarta: prwir
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2008