Solo (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai sulit mempertahankan bahasa daerah di tengah kemajemukan bangsa sekarang ini. "Bagaimana mungkin mempertahankan bahasa Bugis. Istri saya orang Padang, menantu saya empat orang Jawa," kata Wapres berkelakar saat memberi sambutan pada acara Halal Bihalal dengan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) di Solo, Jateng, Sabtu. Bahkan dari empat menantunya yang orang Jawa, lanjut Wapres, tiga orang juga tidak bisa berbahasa Jawa. Menurut dia, sekarang ini yang masih menggunakan bahasa daerah adalah murid taman kanak-kanak. "Itupun begitu sampai di rumah, neneknya mengajarkan berbahasa Indonesia," tambahnya, disambut tawa hadirin. Wapres mengatakan, yang penting saat ini adalah rasa kebangsaan yang tinggi dibanding rasa sukuisme, sehingga tidak ada pencantuman suku di Kartu Tanda Penduduk (KTP). "Anak-anak sekarang bingung kalau ditanya soal suku. Tergantung siapa yang tanya. Kalau yang tanya bapaknya, dijawab orang Bugis, kalau yang tanya ibunya, dijawab orang Padang," katanya. Namun ia masih mau selalu datang ke acara-acara KKSS karena dua alasan, yakni "KKSS adalah partainya", ujarnya, dan kedua karena Indonesia adalah negara berbhineka tunggal ika yang mempertahankan kemajemukan. Sementara itu, Ketua KKSS Jawa Tengah, Nur Aziz mengatakan di Jawa Tengah ada beberapa golongan orang Sulawesi Selatan, antara lain orang yang sudah sangat lama berada di Jawa Tengah yang tinggal di pantai utara dan selatan Jateng. Ada juga orang Sulsel yang memang datang ke Jateng berdasarkan Surat Keputusan (penugasan), karena titipan misalnya untuk bersekolah dan berkuliah sehingga akan kembali lagi ke Sulsel serta orang Sulsel yang KKN atau anggota Kerukunan Keluarga Nusantara. "Yang masuk dalam kelompok ini adalah orang-orang Sulsel yang sudah kawin-mawin dengan suku lain dan sudah tak jelas lagi ikut suku mana," katanya sambil disambut tawa. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008