Jakarta, (ANTARA News) - Setahun pemerintahan Gubernur DKI Fauzi Bowo (Foke) dan Wakil Gubernur DKI Prijanto dinilai tidak membawa perubahan berarti terhadap kesejahteraan rakyat miskin di Jakarta. "Setahun Foke tidak ada perubahan kepada penanganan orang miskin karena tetap banyak penggusuran dan Operasi Yustisi," kata Ketua Urban Poor Consortium (UPC) Wardah Hafidz di Jakarta, Senin. Fauzi Bowo-Prijanto memasuki setahun masa kepemimpinan tepatnya pada Selasa 7 Oktober yang lalu dan banyak pihak yang menilai bahwa duet pasangan itu belum berbuat banyak terhadap kota Jakarta. Dari sisi penanganan rakyat miskin dan pendatang, Wardah menilai Gubernur belum mampu menyediakan solusi terhadap permasalahan dan hanya melakukan penggusuran bahkan tanpa melalui diskusi dengan rakyat miskin terlebih dahulu. "Harusnya Gubernur bisa berdialog dengan warga secara konsisten, selama ini hanya dilakukan penggusuran tapi tidak ada diskusi. Bahkan Gubernur juga tidak mau diajak dialog. Tiap kali diundang, hanya menyuruh anak buahnya," papar Wardah. Pengamat ekonomi dari Indef Aviliani menyebut bahwa penggusuran dan penyelesaian masalah informal lainnya itu harus diselesaikan dengan baik karena sektor itulah yang pertumbuhannya paling tinggi dibandingkan dengan yang lain. Aviliani menyebut bahwa peran masyarakat rendah itu memerlukan penataan dan peran serta aktif dari Pemprov, terutama bagi Jakarta yang menjadi sasaran urbanisasi dari daerah-daerah lain. Kebijakan Fauzi Bowo disebut Aviliani masih berkutat di pembangunan infrastruktur yang dampaknya tidak terlihat langsung dan tidak langsung menyentuh rakyat miskin. "Misalnya bagaimana mau meminjam dana monorel dan lain-lain tapi untuk sektor ekonomi khususnya tidak terlihat langsung dampaknya untuk saat ini," ujarnya. Sebelumnya, dari survei yang yang dilakukan Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) yang melibatkan 1.476 responden diambil secara acak di lima wilayah DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu menyatakan bahwa setahun Foke-Prijanto hanya berkutat pada pematangan program sementara hasil pembangunan sama sekali belum bisa terlihat secara nyata di tengah masyarakat. Survei yang dilakukan mulai 25 September hingga 30 September 2008 itu menunjukkan sebanyak 23,02 persen menyatakan program Foke-Prijanto buruk dan 54,59 persen menyatakan baik. Sementara yang tidak tahu atau tidak menjawab 22,39 persen. Persentase tersebut hanya penilaian baik atau tidaknya program yang digulirkan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto dan tidak menanyakan mengenai kinerja dari program itu sama sekali belum terlihat. Survei tersebut juga menanyakan mengenai pola dasar pembangunan yang direncanakan duet Gubernur-Wagub yang tidak diketahui masyarakat Jakarta. "Yang mengetahui pola dasar pembangunan hanya 76,02 persen sementara yang mengetahui hanya 18,29 persen," kata Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Yazid saat membeberkan hasil survei.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008