Kuala Lumpur (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim mengatakan hubungan Malaysia dengan negara tetangga di Asean akan lebih baik jika Pakatan Rakyat (PR) mengambil alih kekuasaan di Malaysia karena akan membuang jauh-jauh arogansi (kesombongan). "Kami yakin jika oposisi mengambil alih kekuasaan di Malaysia hubungan dengan negara tetangga akan lebih baik. Kami memang tidak bisa menyulap dalam sebulan, tapi dengan meninggalkan arogansi maka hubungan dengan negara tetangga akan lebih baik," kata Anwar Ibrahim kepada ANTARA di Selangor, Senin. Dalam wawancara khusus di kantor pusat Partai Keadilan Rakyat (PKR), mantan wakil PM Malaysia itu mengatakan, hubungan yang selalu tegang antara Malaysia dengan Indonesia juga terjadi kepada negara tetangga lainnya seperti Singapura, Thailand dan Filipina akibat arogansi. "Misalnya mengusir pekerja migran dari negara tetangga dengan cara mencambuk tentu sangat melukai perasaan saudara-saudara serumpun," katanya. Hukuman cambuk akan dihapuskan jika oposisi berkuasa, janji dia. "Malaysia perlu bersikap baik dalam menangani pekerja asing untuk menunjukan sebagai negara muslim bertamadun," katanya. Ia juga menyinggung kontroversi Indonesia-Malaysia atas kasus lagu rasa sayange. "Sejak kecil saya sudah kenal dan menyanyikan lagu rasa sayange. Tapi saya tahu betul lagu ini dari Indonesia. Mengapa tidak diakui saja lagu ini asalnya dari Indonesia tapi kini sudah menjadi milik bersama. Kan enak jawabannya," tutur pemimpin oposisi itu. Menurut dia, rakyat Malaysia juga sudah akrab dan menganggap lagu "Bengawan Solo" dan "Sungai Ciliwung" sebagai lagu bersama, walaupun itu berasal dari Indonesia. KLIA & TKI Dalam wawancara itu, Anwar Ibrahim menceritakan pengalamannya ketika menjadi ketua pembangunan KLIA yang memperkerjakan ribuan TKI dan akan dideportasi oleh imigrasi Malaysia demi keuntungan jutaan ringgit. "Ketika saya menjadi menteri keuangan dan ketua pembangunan KLIA, Sekjen keuangan datang dan melaporkan bahwa ribuan TKI ditahan imigrasi Malaysia karena tidak punya ijin kerja kemudian akan dideportasi," katanya. "Saya katakan jika mereka tidak punya ijin kerja minta saja kepada imigrasi untuk berikan mereka ijin kerja," tambah Anwar. Tapi ternyata dibalik itu ada permainan. Sekitar enam bulan, ribuan TKI hanya diberikan gaji setengahnya. Sehingga majikan untung jutaan ringgit kemudian lapor kepada imigrasi dan Rela untuk menahan mereka dan mendeportasinya. "Saya marah dan katakan ini sangat zalim. Saat itu, saya langsung menelpon Dirjen imigrasi untuk segera datang ke KLIA dan berikan ijin kerja kepada ribuan TKI. Ini yang membuat mereka marah pada saya karena sudah terbayang dapat untung jutaan ringgit," ungkap Anwar. Menurut dia, Malaysia harus selalu mengingat jasa Indonesia yang mengirim ribuan tenaga profesionalnya seperti guru, dosen, perawat pada tahun 1970an atas semangat satu rumpun dan semangat hidup bertetangga yang baik.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008