Jakarta, (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan depresiasi rupiah yang terjadi saat ini tidak separah jika dibanding dengan negara-negara lain, meski BI akan terus melakukan stabilisasi agar tidak terjadi gejolak terlalu besar. "Di Thailand depresiasinya sekitar 15 persen hingga 16 persen, Korea sekitar 35 persen, dan kita sekarang masih sekitar tujuh hingga delapan persen," kata Deputi Gubernur BI, Hartadi A. Sarwono ditemui usai rapat tertutup Panitia Anggaran DPR di Jakarta, Senin malam (27/10). "Semua ini merupakan dampak gejala global, upaya stabilisasi kami lakukan supaya kalau meluncur tidak terlalu cepat, nah itu yang sudah kita lakukan sampai sekarang," katanya. Katanya, kondisi global diharapkan segera membaik yang pada giliranya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia khususnya menyangkut nilai tukar. Kondisi global yang terjadi saat ini pada saatnya nanti memang akan menciptakan satu kondisi equilibirum baru, katanya. Mengenai peluang aliran dana asing masuk ke Indonesia, ia menyatakan optimismenya bahwa dana asing akan masuk melalui pasar modal/saham. "Anda bayangkan saja ada harga saham yang murah, kemudian sekarang ada depresiasinya, akan menguntungkan kalau beli saham perusahaan yang bagus," katanya. Senada dengan Hartadi, Gubernur BI Boediono mengatakan, harga saham saat ini cukup murah termasuk saham-saham perusahaan-perusahaan yang bagus. Boediono menyatakan keyakinannya bahwa dana jangka pendek dan jangka panjang akan masuk ke Indonesia sehingga membantu penguatan nilai tukar rupiah. "Secara perlahan akan masuk, permasalahannya hanya confident saja," katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008