Jakarta (ANTARA News) - Mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto unjuk kekuatan saat mendeklarasikan partai yang dibidaninya, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Deklarasi yang dilaksanakan pada 21 Desember 2006, menghadirkan sejumlah tokoh nasional, ribuan kader serta simpatisan yang dimobilisasi di Hotel Kartika Chandra, Jakarta.

Bersama para kader partai, Mr Whisky -sebutan Wiranto di kalangan internalnya- saat itu mengenakan seragam kuning kunyit.

Pendirian Partai Hanura dirintis oleh Wiranto bersama tokoh-tokoh nasional yang menggelar pertemuan di Jakarta pada tanggal 13-14 November 2006.

Forum tersebut melahirkan kesepakatan penting yakni dengan memperhatikan kondisi lingkungan global, regional, dan nasional, serta kinerja pemerintahan RI selama ini. Forum itu juga mengisyaratkan sejatinya Indonesia belum berhasil mewujudkan apa yang diamanatkan UUD 1945.

Terkait kinerja pemerintahan sekarang ini diperkirakan tiga tahun mendatang sulit diharapkan adanya perubahan yang cukup signifikan, menyangkut perbaikan nasib bangsa.

Karenanya, perwujudan sirkulasi kepemimpinan nasional dan pemerintahan bukan lagi untuk memenuhi ambisi perorangan atau kelompok, namun merupakan perjuangan bersama untuk menyelamatkan masa depan bangsa.

Perjuangan itu membutuhkan keberanian untuk menyusun strategi jangka panjang pada keseluruhan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara guna mengembalikan kemandirian dan kebanggaan sebagai bangsa.

Untuk itu diperlukan kepemimpimpinan yang jujur, bijak, dan berani yang dapat menggalang persatuan, kebersamaan, dan keikhlasan, sebagaimana dahulu para pendahulu negeri ini `berhimpun bersama sebagai bangsa untuk mencapai kemerdekaan`.

Kesepakatan itu kemudian ditindaklanjuti dalam wadah partai politik bernama Partai Hati Nurani Rakyat, disingkat Partai Hanura.

Dalam pidato deklarasi, Wiranto menegaskan obsesinya untuk merekonstruksi model kepemimpinan yang tegas, lugas, dan berani ambil risiko.


Strategi "door to door"

Membesarkan partai baru seperti Hanura, tentu membutuhkan taktik dan strategi tersendiri. Itulah yang dilakukan para motor propaganda Wiranto.

Adalah Fachrul Razi, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Hanura, yang untuk kedua kalinya dipercaya sebagai motor propaganda Wiranto yakni saat Wiranto maju dalam Pilpres 2004 dan kini untuk maju dalam Pilpres 2009.

Berdasarkan pengalamannya, meski Wiranto gagal dalam Pilpres 2004, Fachrul berupaya meyakinkan seluruh jajaran pengurus Hanura, bahwa partai tersebut mampu menduduki peringkat lima pada pemilu mendatang atau 15 persen perolehan suara.

"Saya yakin, karena kami membidik `loyal voters` yang memilih Bapak Wiranto pada 2004," kata Fachrul.

Bahkan dalam pemilu legislatif mendatang, Hanura memasang target cukup tinggi dengan mengandalkan struktur partai sebagai mesin kampanye raksasa dengan ujung tombak berada di tingkat rukun tetangga dengan nama Kelompok Penggerak Anggota.

Rencananya November ini, Hanura akan menyebar ke-650 juru kampanye ke daerah-daerah untuk memberikan pelatihan secara berjenjang hingga ke tingkat bawah.

"Kami menggunakan metode `door to door` dengan target para pemilih Wiranto pada Pemilu dulu. Jika mereka bisa kami bina, maka 10 hingga 15 persen suara sudah bisa dikantongi," ujarnya.

Para kelompok penggerak anggota itu, yang akan menggalang suara arus bawah.

Kini Hanura telah memiliki pengurus di 33 provinsi, 472 kabupaten dan kota serta 420 kecamatan dan akan segera merampungkan pembentukkan hingga ke tingkat RT.

Tidak itu saja, sebagai penunjang Hanura juga membentuk organisasi saya seperti Perempuan Hanura, Pemuda Hanura dan kelompok profesi seperti kelompok artis, yang dikomandani Gusti Randa, dan Tim Advokat Indonesia pimpinan Teguh Samudra.

Di bidang sosial Hanura juga memiliki sayap yakni Balai Hanura. Untuk menilai apakah strategi itu manjur atau tidak, tentu masih terlalu dini, tetapi dari beberapa survei menunjukkan Hanura patut diperhitungkan.

Misalnya, survei yang dilakukan Indonesian Research and Development Institute (IRDI) pada Maret 2008 menempatkan Hanura sebagai partai baru terpopuler yaknni dikenali tujuh persen dari 2.590 responden di 33 provinsi.

Sedangkan jajak pendapat Lembaga Survei Nasional (LSN) di 15 kota besar September silam, di antara partai-partai baru, popularitas Hanura hanya berselisih sedikit di bawah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Nama Wiranto yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2004 juga turut mempopulerkan Hanura yang pada Pemilu 2009 bernomor urut satu.

Berdasar jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada September nama mantan Panglima TNI itu terus menanjak yakni sekitar enam persen atau lebih tinggi dibanding tahun lalu yang hanya tiga persen.

Pada riset September silam, nama Wiranto berada di urutan ketiga setelah Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarnoputri.

Namun, lembaga riset yang sama juga mencatat bahwa dukungan riil terhadap Hanura berdasar survei dua pekan lalu, hanya 1,2 persen.

Angka itu artinya cukup berat bagi Hanura untuk mengusung Wiranto sebagai calon presiden pada Pemilu 2009, mengingat UU Pilpres mematok syarat 20 persen perolehan kursi DPR RI atau 25 persen persen suara nasional dalam pemilu legislatif bagi partai yang ingin mengajukan kandidatnya sebagai calon presiden.

"Jika ini terjadi, maka kemungkinan Hanura akan berkoalisi, dengan partai yang sepaham dan sejalan. Tetapi iu kan masih berjalan, masih ada waktu. Kita tunggu dulu hasil pemilu legislatif, baru bicara koalisi," ujar Fachrul.

Hati Nurani

Secara sederhana, hati nurani adalah pusat kebenaran sejati. Pada akhirnya, hati nurani adalah solusi dari merosotnya akhlak dan moral bangsa Indonesia.

Hati nurani sangat penting untuk mengedepankan kembali kejujuran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang saat ini sedang bermasalah.

Reformasi memang telah memberikan kebebasan, namun harus dibayar mahal dengan hilangnya rasa persaudaraan sebagai bangsa, dan digantikan perasaan yang penuh kebencian, dendam, curiga, saling hujat, bertengkar satu dengan yang lain, bahkan terkadang saling menyerang antaranak bangsa.

Keterpurukan ini tidak lain adalah buah dari nafsu yang tidak terbendung, yang tidak dapat dikendalikan. Lawan dari nafsu adalah kekuatan hati nurani. Saatnya semua elemen bangsa diajak kembali menggunakan hati nuraninya dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.

"Jika hati nurani mulai bicara maka sesama anak bangsa akan saling asih, asah, dan asuh, dan pada akhirnya akan terbangun suasana yang tertib, aman, dan sejahtera," kata Wiranto, setiap kali mengkampanyekan partainya.

Nomor Urut Peserta Pemilu : 1

Kepengurusan

Ketua Umum DPP : Jendral TNI (Purn) H. Wiranto, SH
Sekretaris Jenderal : H. Yus Usman Sumanegara, SE. MM.
Asas : Pancasila
Alamat : Jl. Diponegoro No. 1 Menteng, Jakarta Pusat 10310
Telepon : (021) 31935334
Faks : (021) 3922054
Website : http://www.hanura.com/

Visi
  1. Kemandirian Bangsa: Bangsa Indonesia saat ini terasa tidak mandiri lagi. Banyak tekanan dan intervensi asing yang sudah merajalela merugikan kehidupan seluruh bangsa. Kita harus rebut kembali, bangun kembali kemandirian kita dalam penyelenggaraan negara.
  2. Kesejahteraan Rakyat: Sebuah kata yang sudah sangat sering diucapkan tetapi sangat sulit diwujudkan. Semua kader Partai HANURA yang juga calon pemimpin bangsa, di benaknya harus selalu tertanam kalimat `kesejahteraan rakyat Indonesia`, sekaligus mampu berusaha menghadirkannya.

Misi
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa melalui penyelenggaraan negara yang demokratis, transparan, akuntabel, dengan senantiasa berdasar pada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melahirkan pemimpin yang bertakwa, jujur, berani, tegas, dan berkemampuan, yang dalam menjalankan tugas selalu mengedepankan hati nurani.

Menegakkan hak dan kewajiban asasi manusia dan supremasi hukum yang berkeadilan secara konsisten, sehingga dapat menghadirkan kepastian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Membangun sumber daya manusia yang sehat dan terdidik yang didasari akhlak dan moral yang baik serta memberi kesempatan seluas-luasnya kepada kaum perempuan dan pemuda untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa.

Membangun ekonomi nasional yang berkeadilan dan berwawasan lingkungan serta membuka kesempatan usaha dan lapangan kerja yang seluas-luasnya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat.

Memberantas korupsi secara total dalam rangka mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan bermartabat.

Mengembangkan Otonomi Daerah untuk lebih memacu pembangunan di seluruh tanah air dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.(*)

Oleh Oleh Rini Utami
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008