Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) melakukan kerjasama dengan Korea melalui Korea Institute of Industrial Technology (KITECH) untuk mengembangkan bahan bakar nabati atau biofuel dari rumput laut. Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi DKP Soen`an Hadi Poernomo di Jakarta, Senin menyatakan, alasan Indonesia menggandeng negara tersebut karena Korsel memiliki teknologi untuk memanfaatkan rumput laut sebagai sumber energi, lengkap dengan grand strategy, road map, model dan kegiatannya. "Kebutuhan energi di negara tersebut sangat besar namun tidak didukung ketersediaan sumberdaya alam, yakni rumput laut," katanya. Sementara itu, tambahnya, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang serta iklim hangat sepanjang tahun memiliki potensi ketersediaan rumput laut yang besar sebagai bahan baku pembuatan bioenergi. Namun, teknologi untuk pengembangan bioenergi dari rumput laut itu belum dimiliki sehingga membutuhkan mitra untuk meraih keuntungan jangka menengah maupun jangka panjang. Menurut Soen`an, kerjasama yang akan dikembangkan DKP dan KITECH di antaranya mengembangkan pemanfaatan alga yang lebih luas dan metode budidayanya, penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan metode budidaya. Selain itu alih teknologi dalam pengembangan teknologi baru budidaya rumput laut, pembangunan fasilitas produksi baru dan kenyamanan dalam pemeliharaan pada budidaya rumput laut. Pemanfaatan alga sebagai biodisel, lanjutnya, merupakan jawaban atas pertentangan dua kutub yang memanfaatkan biodisel sebagai berasal dari tanaman daratan yakni yang berorientasi pada penggunaan lahan untuk pangan dan yang cenderung mengkonversi lahan untuk bahan baku biodisel dari tanaman energi terbarukan. "Pemanfaatan rumput laut sebagai sumber energi alternatif tidak akan mengganggu pemanfaatan lahan daratan," katanya. Jenis rumput laut yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan biodisel yakni varietas Geladine yang saat ini telah dibudidayakan di Maluku seluas 20 ribu hektar (ha), Belitung Timur 10 ribu ha serta Lombok. Dia mengakui harga biodisel saat ini masih tinggi yakni sekitar 2 dolar AS/liter namun pada tiga tahun ke depan dengan adanya pemanfaatan rumput laut sebagai bahan baku bahan bakar nabati tersebut maka harganya diharapkan 1 dolar AS/liter. Menyinggung realisasi kerjasa RI-Korea untuk pengembangan biodisel dari rumput laut tersebut, Soen`an tidak menyebutkan secara pasti namun pada akhir 2008 dijadwalkan Presiden Korsel datang ke Indonesia. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008