Jakarta,(ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Miranda S Goeltom mengatakan tekanan terhadap rupiah diakibatkan oleh penawaran valuta asing (valas) yang terbatas. "Setiap negara punya krakteristik. Di Indonesia, karakteristiknya adalah pasokan valas memang terbatas, jadi sedikit aja ada kenaikan permintaan memang sudah bisa merubah harga," katanya di Jakarta, Selasa malam. Menurut dia, saat ini tidak hanya Indonesia, tapi hampir semua negara mengalami tekanan terhadap dolar. Bahkan menurut dia, Australia yang memiliki mata uang yang kuat juga mengalami hal serupa. Kepala Morgan Stanley di Asia, Stephen Roach mengatakan, pelemahan mata uang rupiah bukan merupakan sesuatu yang unik sebab hal ini juga terjadi di semua mata uang negara yang pasarnya berkembang (emerging market). Menurut dia, penguatan dolar tersebut karena didorong adanya ketakuatan dari para investor sehingga mereka melakukan perburuan terhadap dolar. Namun demikian, ia mengatakan penguatan dolar tidak akan berlangsung lama, sebab dolar terlalu kuat dan akan terjadi penyesuaian nilai tukar di berbagai negara. Ia menilai saat ini Bank Indonesia dihadapkan pada pilihan kebijakan yang agak sulit. "Standar teks ekonomi mengatakan pelemahan nilai tukar ditanggulangi dengan menaikan suku bunga acuan, namun demikian di Indonesia juga terdapat elemahan daya beli, sehingga BI berada di tempat yang susah," katanya. Sementara itu, terkait dengan suku bunga acuan BI rate, Deputi Gubernur Senior Miranda S Goeltom mengatakan respon suku bunga acuan mempertimbangkan tekanan inflasi. "Kalau kelihatannya inflasi ke depan hampir pasti lebih rendah kita juga tentu bisa merespon (BI Rate)," katanya, Selasa malam.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008