Jakarta (ANTARA News) - Sektor perbankan Indonesia akan cukup kuat dan tahan menghadapi gejolak akibat krisis finansial dunia, demikian hasil simulasi yang dilakukan Bank Indonesia baru-baru ini. Direktur Pengaturan dan Penelitian Perbankan BI Halim Alamsyah di Jakarta Rabu mengatakan, BI selalu mengantisipasi perkembangan ke depan termasuk kemungkinan dampak krisis finansial dunia terhadap perbankan. Dalam melihat ketahanan sektor perbankan dalam negeri, BI menggunakan beberapa skenario terburuk dengan indikator nilai tukar, harga surat utang negara (SUN), dan suku bunga. "Kesimpulannya perbankan Indonesia masih cukup tahan menyerap berbagai gejolak tersebut," katanya. Dalam kajian itu BI menyimpulkan, bank-bank yang memiliki portfolio SUN cukup besar, masih mampu menahan penurunan SUN hingga 25 persen. Hanya ada satu bank yang akan tergerus modalnya sehingga rasio kecukupan modalnya menjadi di bawah 8 persen. Perbankan, menurut dia, cukup kuat terhadap gejolak nilai tukar rupiah. "Tidak ada satu pun perbankan yang collapse bila rupiah melemah hingga 15.000 per dolar AS," katanya. Perbankan juga masih cukup tahan terhadap peningkatan suku bunga acuan. "Bila suku bunga naik sebesar satu persen, maka rasio kecukupan modal perbankan hanya tergerus 0,23 persen," katanya. Sementara bila dinaikan hingga dua persen, menurut dia, hanya terdapat satu bank yang tergerus rasio kecukupan modalnya hingga di bawah delapan persen. Di sisi risiko kredit, sampai dengan saat ini perbankan masih memiliki kualitas kredit yang baik. Hal ini tercermin dari kredit bermasalah (NPL/non performing loan) yang hanya 3,9 persen. Meski perbankan memiliki daya tahan yang kuat, pihaknya tetap mewaspadai dampak krisis dalam jangka menengah dan panjang. Sebab risiko kredit baru akan terasa meningkat dalam jangka enam bulan. "Kita tahu bahwa dari berbagai simulasi yang dilakukan perbankan, kualitas kredit akan memburuk dalam enam bulan," katanya. Ia memperkirakan hingga akhir tahun, pertumbuhan kredit berada di atas 30 persen. (*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008