Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Hartadi A Sarwono mengatakan pihaknya mewaspadai pelemahan rupiah yang berdampak pada tekanan inflasi pada akhir tahun ini. "Yang patut terus kita jaga adalah dampak dari depresiasi (pelemahan) nilai tukar, karena dia satu-satunya sekarang yang akan membawa inflasi ke atas," katanya di Jakarta, Kamis. Namun demikian, ia memperkirakan dampak dari nilai tukar tidak terlalu besar karena telah ada penyesuaian pada impor. "Beberapa bulan lalu masih tinggi, karena impor tinggi. Tapi sekarang impor sudah cenderung menurun, sehingga dampak dari depresiasi nilai tukar diharapkan tidak terlalu besar," katanya. Menurut dia, masih belum lengkapnya informasi dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi ke depan membuat pihaknya memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan, BI Rate, pada level 9,5 persen. "Jadi sebelum semua terlihat dengan nyata membawa inflasi ke bawah, kita putuskan supaya kita stay (bertahan pada 9,5 persen) dulu. Kemudian kita mengubah atau melakukan adjustment setelah informasi kita lebih lengkap," katanya. Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Boediono mengatakan mempertahankan suku bunga acuan BI rate 9,5 persen untuk menjaga keseimbangan dalam perekonomian. "Kita putuskan tetap supaya kita bisa jaga keseimbangan dari semua sasaran tadi," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008