Banda Aceh (ANTARA) - Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Aceh menyatakan total kerugian akibat bencana di provinsi ujung barat Indonesia tersebut sepanjang 2019 mencapai Rp538,8 miliar lebih.

"Jika dibanding 2018, maka pada 2029 ada penurunan. Kerugian akibat bencana alam pada 2018 lebih dari Rp1 triliun," kata Direktur Eksekutif Daerah Walhi Aceh Muhammad Nur di Banda Aceh, Kamis.

Muhammad Nur menyebutkan Walhi Aceh mencatat terjadi sebanyak 177 kali bencana dengan korban terdampak mencapai 12.255 jiwa yang tersebar di 23 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh.

Dari total kerugian akibat bencana tersebut, yang terbanyak banjir. Kerugian akibat banjir mencapai Rp260,1 miliar. Bencana banjir di Aceh sepanjang 2019 terjadi 45 kali.

Kemudian bencana kekeringan yang terjadi empat kali dengan kerugian mencapai Rp220 miliar. Kerugian meliputi air baku, sawah, dan lahan pertanian.

Berikutnya, kebakaran hutan dan lahan terjadi 23 kali dengan luas 317 hektare menyebabkan kerugian mencapai Rp31,7 miliar. Bencana angin kencang dan puting beliung sebanyak 49 kali dengan kerugian mencapai 14 miliar.

Kemudian, bencana erosi atau longsor terjadi 31 kali dengan kerugian mencapai Rp9,5 miliar. Bencana abrasi terjadi 13 kali dengan kerugian Rp3,3 miliar. Serta pencemaran limbah dua kali dengan kerugian Rp40 juta.

"Bencana serupa juga berpotensi terjadi pada masa mendatang karena perambahan hutan, tambang ilegal, proyek energi, hingga ekspansi perkebunan merupakan faktor penyebab kerusakan lingkungan yang berdampak pada bencana ekologis," demikian Muhammad Nur.

Baca juga: Banjir Aceh sulit dibendung sepanjang DAS dirusak

Baca juga: Walhi: gangguan gajah di Aceh akan berlanjut tanpa penghentian alih fungsi hutan

Baca juga: Walhi sebut 6.000 ha kawasan hutan di Aceh jadi area pertambangan

Baca juga: Karhutla selalu terulang di Aceh dalam 10 tahun terakhir

Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2020