Oleh Rini Utami Mungkin tak banyak yang tahu, jika monumen Soekarno Hatta ada di Port Moresby, tepatnya di National Capital Botanical Garden Universitas Papua Nugini. Bedanya dengan di Taman Proklamasi, Jakarta Pusat, dua penandatangan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) itu dipahat setengah badan, di atas tembok sekira tinggi dua meter. Di belakang patung kedua pendiri Republik Indonesia itu, terdapat dua bendera, di sisi belakang sebelah kanan bendera merah putih dan di sisi belakang sebelah kiri bendera Papua Nugini. Sedangkan, di depan kedua patung, terdapat prasasti tentang keberadaan patung dua tokoh itu. Berdasar rangkaian aksara di prasasti tersebut, patung setengah badan Soekarno Hatta itu diresmikan Megawati Soekarnoputri yang kala itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI pada 15 September 2000. Pembangunan patung Bapak Bangsa RI itu menandai 25 tahun hubungan RI-PNG (The Commemoration of the silver jubilee Anniversary of The Diplomatic-Relations between The Republic of Indonesia and The Independent State of PNG). Menurut salah seorang staf Kedutaan Besar RI di Port Moresby, keberadaan patung proklamator itu juga merupakan penghargaan pemerintah Papua Nugini terhadap Indonesia, khususnya Soekarno-Hatta. Banyak tokoh dunia yang datang ke Papua Nugini, tetapi tidak semua dibuatkan patungnya di National Capital Botanical Garden Papua Nugini yang memiliki luas sekira 100 hektare tersebut. Tidak jauh dari patung Soekarno Hatta, terdapat patung Mahatma Gandhi dan pahlawan nasional Filipina Jose Rizal. Mahatma Gandhi dikagumi dan disegani karena kepercayaannya bahwa harga diri manusia adalah pilihan yang paling utama dan paling mendasar dalam hidup. Gandhi yang terlahir dengan nama Mohandas Karamchand Gandhi, dikagumi karena perjuangannya melawan berbagai distorsi wajah kemanusiaan tanpa kekerasan, tetapi perlawanan damai `satyagraha? atau perlawanan dengan kekuatan cinta dan kesetiaan. Sedangkan, Jose Rizal dikenal sebagai penulis sekaligus revolusioner Filipina. Dunia mengenal Rizal melalui dua novelnya, "Noli Me Tengere" dan "el Filibusterismo?" yang bercerita tentang kekejaman dan ketidakadilan Spanyol memperlakukan rakyat Filipina. Melalui novelnya, Rizal menyadarkan rakyat Filipina untuk bangkit melawan penjajahan Spanyol. National Capital Botanical Garden Papua Nugini selain menawarkan beragam flora dan fauna khas Asia Pasifik juga mengajarkan pengunjungnya untuk mengenal tokoh-tokoh dunia dan perjuangannya. Letaknya di jantung ibukota Papua Nugini, Port Moresby, tidak terlalu sulit untuk dijangkau. Setiap pengunjung dikenai biaya lima Kina (K5), yakni mata uang Papua Nugini yang setara dengan Rp20.000. Hubungan diplomatik RI-PNG telah terjalin sejak negara tersebut merdeka pada 16 September 1975. Sejak itu pula kerjasama kedua negara di berbagai bidang terus dikembangkan mulai dari pertahanan, keamanan, pendidikan serta tukar menukar kebudayaan. Duta Besar RI untuk PNG, Bom Soerjanto, mengatakan bahwa PNG memiliki posisi dan peran penting bagi Indonesia terutama dalam konsistensi mendukung eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya di kawasan Asia Pasifik. Bentuk dukungan PNG secara konsisten terhadap integritas NKRI, antara lain ditunjukkan dengan menggagalkan upaya Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan simpatisannya untuk mengangkat isu Papua dalam berbagai forum seperti Melanesian Spearhead Group (MSG), Pacific Island Forum (PIF), Southwest Pacific Forum dan lainnya. PNG adalah negara dengan luas 463.000 kilometer persegi yang berada di Pasifik Barat Daya bersama beberapa negara, yang berlatar belakang ras Melanesia, seperti Fiji, Vanuatu, Tonga, dan Pulau Solomon. Negeri itu memiliki batas darat dengan Indonesia sepanjang 850 kilometer yang sangat rawan dengan berbagai kegiatan ilegal. Sebagian dapat diselesaikan oleh Border Liaison Meeting (BLM) dan JBC, tetapi ada juga yang harus ditangani Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Port Moresby, ungkap Bom Soerjanto. Dukungan PNG terhadap Indonesia juga diberikan, antara lain dalam program antisipasi perubahan iklim, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, dan proses pencalonan wakil-wakil RI untuk beberapa posisi di organisasi-organisasi internasional. Mengingat peran dan posisi PNG yang begitu strategis bagi Indonesia, maka sudah sewajarnya hubungan bilateral kedua negara dapat terus dipelihara dan ditingkatkan di masa datang. Sebaliknya, PNG juga menunjukkan terimakasih atas dukungan Indonesia hingga negara berpenduduk 6,1 juta jiwa itu bisa menjadi anggota Gerakan Non-Blok (GNB) dan forum Kerja sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC). Bahkan, PNG berharap Indonesia bisa mendukung statusnya di ASEAN agar dapat meningkat dari "observer" menjadi "permanent associate". Untuk mempererat hubungan kedua negara yang telah berjalan baik, baik RI maupun PNG sepakat untuk segera membuka Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) di Skow (Jayapura) dan Wutung (PNG). Keputusan itu disepakati dua pihak pada Sidang ke-26 Komite Bersama Perbatasan (Joint Border Committee/JBC) RI-PNG pada 6 November 2008. Delegasi Indonesia saat itu dipimpin Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan pihak PNG diketuai Mendagri PNG Job Pomat. Pembukaan PLLB Skow-Wutung pada awal 2009 berperan penting, terutama untuk mengelola perbatasan kedua negara secara lebih baik, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut. Perekonomian PNG menguat sejak 2003 dan diprediksi akan terus meningkat pertumbuhannya hingga 6,6 persen dengan tingkat inflasi 5,2 persen pada 2008. Namun, kerjasama bidang ekonomi dan perdagangan antara RI-PNG belum terkelola dengan baik. Investasi Indonesia di PNG baru tercatat 10,666 juta dolar AS selama 1992-1998 yang tersalurkan di sektor retail, kehutanan, pertambangan, dan konstruksi jalan. Dengan pembukaan PPLB Skow-Wutung secara resmi pada awal 2009, diharapkan dapat meningkatkan kehidupan ekonomi kedua pihak, khususnya di kawasan perbatasan kedua negara. Selama ini, tercatat sekitar 200 orang PNG per hari yang memasuki Papua melalui Skow-Wutung, untuk berbelanja kebutuhan pokok sehari-hari. "Jika ini bisa dikelola dengan baik, maka kawasan ini akan berkembang tidak saja secara sosial, tetapi juga ekonomi, politik dan keamanan," kata Bom Soerjanto menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008