Jakarta, (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa pagi menjauhi angka Rp11.000 per dolar AS, karena pelaku asing masih aktif membawa dolar AS dari emerging market ke negara asalnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang terus berlanjut, akibat nilai tukar rupiah terus terpuruk hingga menjauhi angka Rp11.000 per dolar AS, kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun 150 poin menjadi Rp11.150/11.225 per dolar AS dibanding penutupan sebelumnya Rp11.000/11.125 per dolar AS. Edwin mengatakan, rupiah sulit diduga sampai kapan akan terus tertekan pasar, karena situasi krisis keuangan global masih tak menentu. "Kami sulit memperkirakan rupiah sampai kapan akan terus tertekan, karena krisis keuangan global masih akan berlanjut," ucapnya. Ketika ditanya mengenai Bank Indonesia (BI) tentang suku bunga, ia mengatakan, kemungkinan BI akan kembali menaikkan suku bunganya untuk menjaga rupiah agar tidak terpuruk lebih jauh. BI masih akan menaikkan suku bunga agar rupiah tidak terpuruk, meski sejumlah bank sentral negara lainnya menurunkan suku bunganya. Menurut Edwin, apabila BI menurunkan suku bunganya maka nilai tukar rupiah kemungkinan makin terpuruk, dan pasar Indonesia akan semakin dijauhi investor asing yang masih bermain di pasar domestik. BI menaikkan suku bunga, karena masalahnya berbeda dengan bank sentral negara lain yang menurunkan suku bunganya, ucapnya. Rupiah, lanjut dia pada sore nanti diperkirakan akan kembali tertekan, karena BI kemungkinan masih menahan diri untuk tidak masuk pasar lebih lanjut. BI akan masuk pasar apabila rupiah terpuruk sangat dalam namun saat ini diperkirakan hanya mengawasi kegiatan pasar, ujarnya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008