Moskow (ANTARA News) - Kapal-kapal perang Rusia dan Inggris mematahkan serangan perompak terhadap sebuah kapal sipil Denmark di lepas pantai Somalia, kata Angkatan Laut Rusia, Rabu. Frigat Neustrashimy (Berani) milik Armada Laut Baltik Rusia dan frigat Cumberland Angkatan Laut Kerajaan Inggris memukul balik serangan terhadap kapal kargo Denmark "Powerful" di Teluk Aden, kata jurubicara Angkatan Laut Rusia Igor Dygalo kepada televisi pemerintah Vesti-24. "Bajak laut berusaha menembaki kapal itu dengan senjata otomatis dan melakukan sejumlah upaya untuk menguasainya," kata Dygalo. "Namun berkat usaha bersama kapal-kapal perang Rusia dan Inggris, aksi para perompak itu digagalkan," tambahnya. Seorang jurubicara Angkatan Laut Inggris mengatakan, "Kami bisa mengkonfirmasi bahwa sebuah kapal perang Inggris kemarin melakukan pengawalan terhadap sebuah kapal berbendera asing yang diduga akan dibajak. Keadaan itu masih terus berlangsung." Ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu. Dygalo mengatakan, sebuah helikopter Rusia Ka-27 dan helikopter Inggris Lynx juga terlibat dalam operasi itu, namun ia tidak memberikan penjelasan terinci mengenai misi mereka. Ia mengatakan, frigat Rusia itu kini mengawal sejumlah kapal dagang asing di kawasan perairan yang terkenal akan perompakan itu. Hubungan diplomatik antara Inggris dan Rusia tegang setelah pembunuhan pengecam Kremlin, Alexander Litvinenko, yang dibunuh dengan bahan radioaktif di London dua tahun lalu. Angkatan Laut Inggris mengatakan dalam situs beritanya, HMS Cumberland beroperasi sebagai bagian dari kelompok NATO, yang "mengukuhkan komitmen aliansi itu untuk memerangi perompakan di kawasan tersebut". NATO juga telah mengirim sejumlah kapal untuk mengawal kapal-kapal Badan Pangan Dunia PBB yang mengangkut bantuan makanan ke pelabuhan-pelabuhan Somalia. Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun ini. Kapal barang Ukraina yang mengangkut senjata, MV Faina, yang dibajak pada 25 September, dengan muatan yang mencakup 33 tank tempur dan persenjataan berat, menarik perhatian internasional mengenai ancaman pembajakan di kawasan perairan Tanduk Afrika itu. Kapal-kapal Armada V AS telah mengepungnya selama sebulan untuk memastikan bahwa muatan itu tidak jatuh ke tangan kelompok gerilya yang terkait dengan Al-Qaeda. Pembajak menyatakan, operator kapal itu hanya ingin merundingkan pembebasan kapal tersebut dan 20 orang awaknya -- tidak senjata yang dimuat. Jurubicara kelompok pembajak, Sugule Ali, mengatakan, pihaknya menerima faks dari Viktor Murenko, kepala operator kapal Tomex Team, yang mengatakan bahwa Kenya menolak membayar tebusan bagi muatan yang dibawa kapal itu. Perompak, yang dikepung oleh kapal-kapal perang internasional, mengancam akan meledakkan kapal Ukraina itu jika mereka tidak menerima uang tebusan tersebut, yang semula ditetapkan 20 juta dolar. Namun, batas waktu yang mereka tetapkan telah berlalu tanpa insiden. Perompak Somalia telah membajak lebih dari 30 kapal sepanjang tahun ini dan menerima uang tebusan sebesar 30 juta dolar. Salah satu kapal terakhir yang diserang perompak adalah sebuah kapal Filipina yang dibajak bersama 21 orang awaknya. Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur. Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka. Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka. Somalia dilanda kekerasan sejak penggulingan diktator Mohamed Siad Barre pada 1991, demikian Reuters.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008