Washington, (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan perlunya perubahan arsitektur keuangan internasional sebagai jalan untuk mengatasi krisis keuangan global serta mempercepat pemulihan kepercayaan dan melindungi sektor riil. "Dalam pertemuan G-20 besok, saya akan menekankan pentingnya aksi yang terkonsentrasi dan terkoordinasi baik nasional, regional, maupun global untuk membangun kembali kepercayaan diri dan melindungi sektor riil," kata Presiden saat menyampaikan pidato di depan sekitar 200 anggota US-Indonesia Society (USINDO) di Washington, Jumat siang atau Sabtu dini hari Waktu Indonesia Barat. Presiden juga menegaskan bahwa dalam krisis keuangan ini, penting untuk melindungi kaum miskin di negara-negara berkembang dengan mendorong anggaran pembangunan yang berpihak kepada mereka. Lebih lanjut, Presiden Yudhoyono menjelaskan, dalam pertemuan G-20 Sabtu besok (15/11) pagi, dia juga akan mengusulkan perlunya penguatan dana dukungan (support fund) global untuk membantu negara-negara berkembang menjaga pertumbuhan perekonomian mereka dan pembangunan yang berkelanjutan. "Dengan dana dukungan ini, negara-negara yang sedang berkembang khususnya yang berada di Asia bisa menempatkan dirinya dengan lebih baik dalam bertindak sebagai sebuah mesin bagi pertumbuhan ekonomi dunia," kata Presiden. Menurut Presiden, pendanaan ini memungkinkan terutama untuk menghidupkan negara-negara dengan pendapatan menengah dan bisa melanjutkan kehidupannya untuk paling tidak selama tiga tahun. "Bila usulan ini disetujui, kami akan meminta Menteri Keuangan untuk merumuskannya lebih detail dalam 100 hari ke depan," katanya. Presiden Yudhoyono juga berharap, pertemuan G-20 yang akan dipimpin Presiden George W Bush itu, bisa menjadi awal dari sebuah proses yang akan memulai reformasi arsitektur finansial internasional, yang merefleksikan kenyataan abad ke-21. Pada bagian lain Presiden Yudhoyono menegaskan bahwa krisis finansial saat ini dapat saja berdampak dengan rusaknya sumber daya alam sebagai bagian dari proses terjadinya perubahan iklim. Hal itu tidak boleh terjadi, karena rusaknya alam dapat berdampak jangka panjang terutama bagi produksi pangan dunia. "Ini pun tidak boleh terjadi," katanya menegaskan. Pada acara itu hadir juga sejumlah pejabat dari Indonesia seperti Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa, Menteri Keuangan/Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Ketua DPD Ginadjar Kartasasmita, dan Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga. Hadir pula Presiden USINDO, David Merrill, Ketua Dewan Bisnis Amerika Serikat-Indonesia dan Dewan Bisnis Amerika Serikat-ASEAN, William Beddow, serta sekitar dua ratus undangan dari AS.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008