Bogor (ANTARA News) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring, meminta agar polemik soal iklan PKS tidak diperpanjang.

"Iklan yang dipasang PKS guna memperingati Hari Pahlawan, semangatnya untuk menyatukan antar-generasi bangsa Indonesia yang tampak kurang solid," kata Tifatul Sembiring usai temu kader di Graha Dewi Sartika, Kota Bogor, Jabar, Sabtu sore.

Dikatakannya, antar generasi bangsa Indonesia tidak seluruhnya solid, kadang-kadang masih ada yang saling mengecam. Melalui iklan tersebut semangatnya untuk menyatukan antar-generasi dan menjadikan seluruh bangsa Indonsia sebagai satu kesatuan yang solid, tidak ada dendam antar-generasi.

Soal ditampilkannya tokoh mantan Presiden Soeharto, KH Hasyim Azhari, Muhammad Hatta, Muhammad Natsir dan tokoh lainnya, kata dia, tidak disebut sebagai pendiri PKS, tapi sebagai guru bangsa, sehingga kader partai lain tidak panik dan komplain.

Demikian juga tokoh mantan Presiden Soeharto, kata dia, tidak disebut sebagai pahlawan, tapi sebagai guru bangsa.

"Soal gambarnya ditampilkan pada iklan memperingati Hari Pahlawan, terserah pada persepsi masing-masing masyarakat yang melihatnya," katanya.

Menurut dia, mantan Presiden Soeharto meskipun belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional, tapi ia telah banyak berkarya sejak tahun 1969 dan telah banyak hasil yang dicapainya.

Soal adanya permintaan agar tidak tersebut tidak ditayangkan lagi, menurut Tifatul, memang sudah tidak ditayangkan lagi.

Dikatakannya, PKS hanya memasang iklan tersebut pada 9-11 Nopember, untuk memperingati Hari Pahlawan.

Namun diluar dugaannya, reaksi terhadap tayangan iklan tersebut cukup banyak.

Sebelumnya, Sekjen DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lukman Edy menilai, iklan politik PKS yang menyebut mantan Presiden Soeharto sebagai pahlawan dan guru bangsa, akan menjadi kontra-produktif.

Dikatakannya, mantan Presiden Soeharto belum ditetapkan sebagai pahlawan, sehingga jika PKS menyebutnya sebagai pahlawan akan menuai banyak kritik.

Lukman juga menilai PKS tidak memiliki etika karena dalam iklannya juga menampilkan, tokoh pendiri NU, KH Hasyim Asy`ari, dan tokoh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.

"Kader PKB yangf mayoritas umat NU dalam kampanye pertainya tidak pernah menampilkan tokoh, tapi visi dan misi. Karena itu, organisasi NU protes pada PKS," kata Lukman Edy di Jakarta, Selasa (11/11).

Ketua Bidang Pemuda DPP PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko menilai, iklan politik PKS tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat karena menampilkan mantan Presiden Soeharto sebagai guru bangsa.

Jika semangatnya ingin melakukan rekonsiliasi bangsa, kata dia, silakan saja, tidak tidak harus menampilkan mantan penguasa Orde Baru tersebut sebagai guru bangsa.

Mantan aktivis ini mencontohkan, langkah rekonsiliasi yang dilakukan mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela.

Menurut dia, saat melakukan rekonsiliasi dengan para tokoh apartheid, Nelson tidak menempatkan mantan Presiden Afrika Selatan sebelumnya, Pieter Willem Botha sebagai guru bangsa.

Namun, Nelson juga meminta rakyat Afrika Selatan untuk tidak melakukan aksi balas dendam terhadap para tokoh apartheid dan warga kulit putih.

"Padahal selama masa kekuasaannya, Botha tidak menggubris kecaman internasional dan menolak membebaskan Nelson Mandela yang menjadi tahanan politik terkemuka Afrika Selatan saat itu," katanya, di Jakarta, Jumat (14/11).(*)

Pewarta: anton
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008