Dubai (ANTARA News) - Bajak laut Senin menyerang dan menguasai kapal minyak Arab Saudi yang berukuran besar, Sirius Star, di lepas pantai Afrika timur, kata seorang jurubicara Armada V Angkatan Laut AS. "Kapal itu berada dalam kendali perompak," kata jurubicara itu kepada AFP setelah sebuah pernyataan mengatakan bahwa tanker milik Saudi Aramco itu diserang di lokasi lebih dari 450 mil laut sebelah tenggara Mombasa, Kenya. Kapal itu membawa 25 orang awak yang berasal dari Kroasia, Inggris, Filipina, Polandia dan Arab Saudi, kata pernyataan itu. Armada V Angkatan Laut AS mengatakan, kapal Sirius Star dibawa ke sarang bajak laut di daerah Eyl di Somalia utara pada Senin. Kapal berbobot 318.000 ton itu, yang diluncurkan sebelumnya tahun ini, berbendera Liberia dan dioperasikan oleh Vela International. Biro Maritim Internasional melaporkan bahwa sedikitnya 83 kapal diserang perompak di lepas pantai Somalia sejak Januari, 33 diantaranya dibajak. Dari jumlah itu, 12 kapal dan lebih dari 200 orang awak masih ditahan oleh perompak. Pekan lalu, Uni Eropa (EU) memulai operasi keamanan di lepas pantai Somalia, sebelah utara Kenya, untuk memerangi aksi perompakan yang meningkat dan melindungi kapal-kapal yang mengangkut bantuan kemanusiaan. Itu merupakan misi laut pertama EU. NATO juga telah mengirim sejumlah kapal untuk mengawal kapal-kapal Badan Pangan Dunia PBB yang mengangkut bantuan makanan ke pelabuhan-pelabuhan Somalia. Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun ini. Kapal barang Ukraina yang mengangkut senjata, MV Faina, yang dibajak pada 25 September, dengan muatan yang mencakup 33 tank tempur dan persenjataan berat, menarik perhatian internasional mengenai ancaman pembajakan di kawasan perairan Tanduk Afrika itu. Kapal-kapal Armada V AS telah mengepungnya selama sebulan untuk memastikan bahwa muatan itu tidak jatuh ke tangan kelompok gerilya yang terkait dengan Al-Qaeda. Pembajak menyatakan, operator kapal itu hanya ingin merundingkan pembebasan kapal tersebut dan 20 orang awaknya -- tidak senjata yang dimuat. Jurubicara kelompok pembajak, Sugule Ali, mengatakan, pihaknya menerima faks dari Viktor Murenko, kepala operator kapal Tomex Team, yang mengatakan bahwa Kenya menolak membayar tebusan bagi muatan yang dibawa kapal itu. Perompak, yang dikepung oleh kapal-kapal perang internasional, mengancam akan meledakkan kapal Ukraina itu jika mereka tidak menerima uang tebusan tersebut, yang semula ditetapkan 20 juta dolar. Namun, batas waktu yang mereka tetapkan telah berlalu tanpa insiden. Perompak Somalia telah membajak lebih dari 30 kapal sepanjang tahun ini dan menerima uang tebusan sebesar 30 juta dolar. Salah satu kapal terakhir yang diserang perompak adalah sebuah kapal Filipina yang dibajak bersama 21 orang awaknya. Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikananan Puntland Ahmed Saed Ali Nur. Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka. Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka. Somalia dilanda kekerasan sejak penggulingan diktator Mohamed Siad Barre pada 1991, demikian lapor AFP dan Reuters.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008