Buol, Sulteng, (ANTARA News) - Hingga Selasa pagi 20 ribu lebih penduduk Kabupaten Buol di Sulawesi Tengah masih mengungsi di pegunungan sekitar desa mereka karena khawatir gempa susulan yang menimbulkan tsunami. ANTARA dari Buol, Selasa, melaporkan para penduduk yang masih trauma dengan gempa dan mengungsi itu terbesar berada di Kecamatan Bokat mencapai sekitar 9.750 orang, disusul di Kecamatan Biau berkisar 6.000-an orang. Pengungsian di Kecamatan Bokat berasal dari 15 desa yang berada di pesisir pantai. Mereka umumnya mengungsi di Gunung Onone dan Gunung Modo dengan membangun sendiri tenda-tenda darurat sebagai tempat berlindung sementara. "Ini laporan ke Satuan Pelaksana Posko Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP) Kabupaten Buol," kata Camat Bokat, Amir Tobila. Menurut Tobila, sekitar 75 persen penduduknya sudah dua hari ini bertahan di sejumlah pegunungan dekat pemukiman mereka, karena masih trauma dengan gempa-gempa susulan yang cukup besar. Pengungsi di Kecamatan Biau, menurut camat setempat, Asrarudin, banyak mengungsi di Gunung Lakea dan mendirikan tenda darurat dari terpal plastik dan sarung. Selama ini mereka menerima bantuan tanggap darurat seadanya, selain mulai banyak yang jatuh sakit akibat cuaca dingin pada malam hari. Angka pengungsi ini belum terhitung di Kecamatan Bunobogu, Kecamatan Gadung, dan Kecamatan Paleleh yang diguncang gempa 7,7 Skala Richter. Satlak PBP setempat hingga kini belum memperoleh data pasti mengenai jumlah pengungsi di tiga kecamatan tersebut. Pengungsi di Kecamatan Lipunoto (sekitar ibukota Kabupaten Buol) yang Senin malam masih lebih dari 1.000 orang di tiga perbukitan terdekat, Selasa pagi sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Beberapa keluarga yang rumahnya rusak berat, masih bertahan di tenda-tenda pengungsian dari pemerintah daerah di kota Buol. Pemkab Buol hingga saat ini masih terus melakukan pendataan jumlah bangunan penduduk dan fasilitas umum yang rusak akibat gempa besar pada Senin pagi kemarin, termasuk kemungkinan adanya korban lain yang meninggal dunia. Angka yang sudah tercatat yaitu sekitar 1.500 rumah penduduk dan fasilitas umum mengalami kerusakan dan seorang korban meninggal dunia.(*)

Pewarta: adit
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008