Cirebon (ANTARA News) - Adanya isu yang mewacanakan penurunan harga solar telah memicu penurunan harga ikan, padahal Pemerintah selama ini hanya menetapkan penurunan harga Premium per 1 Desember 2008 mendatang.

"Sejak pemerintah mewacanakan penurunan BBM ternyata harga ikan makin turun padahal yang ditetapkan kemudian hanyalah premium sementara solar masih belum ada kepastian turun," kata Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT) Kabupaten Indramayu, Kajidin di Indramayu, Selasa.

Ia mengungkapkan, rata-rata ikan anjlok hingga 25 persen, bahkan untuk ikan runcah atau ikan kecil campuran seperti pirik turun sampai 50 persen.

Ia mencontohkan, ikan tenggiri yaang biasanya dijual dengan harga Rp35 ribu/kg, sekarang hanya dijual Rp27 ribu/kg, demikian juga ikan pirik yang biasa untuk pakan bebek turun sampai Rp1.000 per kilogram padahal sebelumnya Rp1.500 per kilogram.

Namun, ia masih berharap harga solar bisa turun sampai kisaran Rp4.500 per kilogram agar nelayan kembali bergairah apalagi sekarang minyak tanah sudah semakin langka akibat program konversi.

"Kalau turun hanya Rp500 seperti premium maka tidak akan banyak pengaruhnya, karena nelayan apalagi yang tradisional masih tetap tekor," katanya.

Ia mengatakan, untuk kapal dengan kapasitas 30 GT yang berlayar sampai seminggu dibutuhkan hingga 5.000 liter solar, sehingga dengan penurunan Rp1.000 per liter maka bisa dihemat Rp5 juta yang bisa menambah pendapatan dari 10 awak kapal.

"Sejak solar naik sampai 30 persen lebih biaya solar sekali melaut sampai Rp28 juta, padahal pendapatan kotor hanya 40 juta, belum dikurangi biaya logistik dan es, serta biaya bagi hasil untuk pemilik kapal," katanya.

Ia mengatakan, satu ABK rata-rata dapat Rp250 ribu selama seminggu berlayar, dan dengan penurunan harga ikan otomatis pendapatan mereka juga saat ini rata-rata hanya Rp200 ribu per sekali berlayar.

"Sebelum solar naik, pendapatan mereka bisa sampai Rp400 ribu per minggu," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008