Dubai (ANTARA News) - Orang kedua jaringan Al-Qaeda, Ayman Zawahiri, memperingatkan presiden terpilih AS Barack Obama  yang akan mengirim lebih banyak pasukan ke Afghanistan, dalam sebuah pesan di Internet yang disiarkan Rabu.

"Apa yang anda umumkan sebelumnya... bahwa anda akan menarik pasukan (AS) dari Irak dan mengirim mereka ke Afghanistan merupakan sebuah kebijakan yang pasti menemui kegagalan," kata Zawahiri dalam pesan itu, yang dikutip Kelompok Intelijen SITE.

Zawahiri memperingatkan Obama bahwa "warisan kegagalan besar" sedang menunggunya.

"Jika anda tetap keras kepala dengan kegagalan Amerika di Afghanistan, maka ingatlah nasib (Presiden AS George W.) Bush dan (mantan Presiden Pakistan) Pervez Musharraf, serta nasib orang-orang Uni Sovyet dan Inggris sebelum mereka," katanya.

Dalam wawancara utama yang disiarkan Minggu, Obama bersiteguh tidak akan mengingkari janji kampanyenya untuk mulai menarik pasukan dari Irak dan memusatkan perhatian militer ke Afghanistan.

Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda sekutu mereka.

Tahun ini Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Hampir 1.500 warga sipil termasuk diantara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun ini.

Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur, demikian AFP.(*)

Pewarta: adit
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008