Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Garuda) memastikan akan mengalami rugi nilai tukar (kurs) tahun ini, jika pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berlanjut hingga akhir tahun.

"Rugi kurs di-balanceed kami pasti terjadi, jika, pelemahan rupiah berlanjut," kata Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda, Pujobroto, saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Penegasan tersebut terkait dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini. Bahkan, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat sore sempat melewati angka Rp12.500 per dolar AS, karena kebutuhan dolar AS di pasar domestik makin besar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot menjadi Rp12.540/12.590 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp12.230/12.500 atau melemah sebesar 310 poin.

Pujobroto mengemukaka, kondisi tersebut tidak bisa dihindari. "Namun, bagi Garuda tidak masalah karena hal itu hanya dalam neraca atau tidak ada nilai rupiah yang dikeluarkan, terutama untuk forex loss utang Garuda yang didominasi dolar AS," kata Pujo.

Pujo enggan memperkirakan berapa perkiraan rugi kurs Garuda, jika rupiah di akhir tahun ini tetap di atas Rp10.000 per dolar AS.

Secara operasional, menurut Pujobroto, Garuda optimis masih mencetak laba. "Bahkan, perkiraan kami, laba usaha operasi melebih target dari RKAP 2008 sebesar Rp290 miliar," katanya.

Catatan menunjukkan, utang Garuda ke sejumlah kreditor asing dan dalam negeri saat ini nilainya mencapai 763 juta dollar AS. Rinciannya antara lain, Garuda berutang kepada European Export Credit Agency (ECA) sebesar 510 juta dollar AS dan ke sejumlah pemegang surat utang (promissory notes) 130 juta dollar AS.

Selain itu, Garuda juga punya utang ke Export Development Canada sebesar 12 juta dollar AS.

Tidak hanya itu, maskapai pelat merah ini juga berutang kepada para pemegang mandatory convertible bonds (MCB) seperti Bank Mandiri, Angkasa Pura I dan II, yang jumlahnya mencapai 131 juta dollar AS.

Sedangkan, sisanya, sekitar 100 juta dollar AS adalah utang ke sejumlah kreditor dalam negeri lainnya, yakni BRI, BNI, dan Pertamina. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008