Tokyo (ANTARA News) - Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan) Masaaki Shirakawa mengatakan Rabu lalu bahwa dollar AS masih akan menjadi mata uang utama dunia dalam beberapa waktu ke depan walaupun saat ini sedang terguncang karena krisis keuangan global. Pernyataan itu merupakan jawaban atas pertanyaan apakah yang akan dilakukan bank sentral jika kepercayaan terhadap dollar AS melemah. "Saya tidak yakin apakah hal itu akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Tetapi saya kira dollar AS masih akan menjadi mata uang utama dalam beberapa waktu ke depan," kata Shirakawa setelah menyampaikan pidato di University of Tokyo, almamaternya. Sejumlah ekonom telah memperingatkan bahwa perlambatan ekonomi global bisa mengakhiri rejim mata uang berbasis dollar AS. Sementara itu, mengenai kemungkinan Jepang kembali pada suku bunga yang hampir nol persen, Shirakawa mengatakan bahwa bank sentral Jepang itu akan mempelajari keuntungan dan kerugian dari kebijakan seperti itu. Bank Sentral Jepang mempertahankan kebijakan dana murah selama lima tahun hingga 2006 dengan membanjiri sistem keuangan dengan likuiditas untuk menjaga agar suku bunga tetap berada di sekitar nol persen. "Kebijakan ini sangat berarti ketika ada kekhawatiran yang kuat terhadap sistem keuangan," katanya. "Tetapi jika kondisi keuangan sudah stabil, pasar uang tidak dapat memanfaatkannya secaramaksimal."    Bank of Japan memangkas suku bunga acuan menjadi 0,3 persen dari 0,5 persen pada bulan Oktober untuk pertama kali dalam tujuh tahun untuk menanggulangi resesi. Tetapi pada pertemuan bank sentral pada 21 November, diputuskan suku bunga tidak berubah. Sementara itu dollar AS menguat terhadap euro pada Rabu waktu setempat, meski laporan ekonomi AS melemah dan karena ketua Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan ia siap menurunkan lagi suku bunga zona euro. Para analis mengatakan arus kejam dari data ekonomi suram menandai sebuah resesi global berkepanjangan secara berlawanan telah mendorong minta para investor terhadap dolar, yang dipandang sebagai tempat berlindung yang aman ketika tertekan. "Dalam sebuah lingkungan pertumbuhan global melambat tajam dan ketegangan pasar finansial menguat, dolar akan terus memperoleh dukungan dari  aliran 'deleveraging' dan repatriasi," kata Lee Hardman dari Bank of Tokyo-Mitsubishi, seperti dilaporkan AFP. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008