Jakarta (ANTARA News) - Harga saham di hampir semua bursa Asia naik menyusul keputusan bank sentral China memotong suku bunga ke tingkat terendah dalam hampir satu dekade demi mendorong pertumbuhan ekonomi negara itu, namun bursa India terperosok gara-gara serangan teroris di Mumbai yang menewaskan 80 orang. BHP Billiton Ltd yang volume penjualannya ke China berlipat dalam dua tahun terakhir ini, naik 5,5 persen setelah China menurunkan suku bunga pada tingkat terendah dalam 11 tahun terakhir sehingga harga-harga komoditas merangsek lagi ke atas. Harga saham Komatsu Ltd yang menguasai 17 persen pasar alat-alat berat di China menguat 4,7 persen, namun indeks berjangka S&P CNX Nifty kumpulan saham-saham India di Singapura tertekan 1,8 persen setelah sekelompok orang bersenjatakan senapan mesin dan granat menyerang hotel bintang lima di India. Di bursa Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific terangkat 1,5 persen menjadi 81,30 poin yang adalah kenaikan ketiga kali berturut-turut di pekan ini, namun gaungnya masih belum bisa mengangkat indeks ke titik sebelum krisis global mempengaruhi bursa Jepang di mana selama krisis indeks telah jatuh 49 persen. Pagi ini waktu Tokyo, indeks Nikkei 225 terkatrol 2,7 persen menjadi 8.432,86 poin, sementara di bursa saham Asia lainnya indeks rata-rata dibuka menguat. Bank Rakyat China (bank sentral China) kemarin memangkas suku bunga pinjaman acuan sebanyak 108 basis poin menjadi 5,58 persen, kurang dari tiga minggu setelah pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi senilai 4 triliun yuan (586 miliar dolar AS). Di kawasan lain, Uni Eropa juga menggelontorkan paket serupa namun nilainya lebih rendah, 256 miliar dolar AS atau 200 miliar euro. China adalah mitra dagang terbesar Jepang dan Australia sekaligus penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi dunia selama tahun lalu. Paul Volcker Beberapa jam sebelum bursa Asia dibuka, di New York, indeks Standard & Poor's 500 memotong kecenderungan turunnya dengan berbalik naik 3,5 persen dan mencatat kenaikan 18 persen dalam empat hari belakangan ini. Pengumuman Presiden terpilih Barack Obama tentang penunjukkan mantan Gubernur Federal Reserve Paul Volcker sebagai kepala dewan penasihat ekonomi telah memulihkan kepercayaan pasar. "Pencalonan Volcker membuat kebijakan ekonomi Obama menjadi lebih jelas.  Para investor kini menunggu pemerintah mengimplementasikan langkah-langkah lebih tegas untuk memajukan ekonomi AS," kata Mitsushige Akino, yang bekerja pada bank investasi Ichiyoshi Investment Management Co yang mengelola dana 468 juta dolar AS. Di samping BHP dan Komatsu, saham besar lainnya seperti Fortescue Metals Group Ltd yang menjual bijih besi kepada dua dari lima produsen baja terbesar China, naik 9,9 persen menjadi 1,89 dolar Australia. "Kami percaya pasar telah menemui landasan bisnis jangka pendeknya dan ini menuntut strategi yang lebih agresif lagi," kata Xue Lan, kepada riset Citigroup di Hong Kong. Krisis kredit dan gelombang gagal bayar pada lembaga-lembaga keuangan yang jumlahnya mencapai 1 triiun dolar AS telah mendorong bank sentral dan pemerintah seluruh dunia berbarengan memotong suku bunga dan menggenjot konsumsi untuk menahan kontraksi ekonomi global. Dana Moneter Internasional memperkirakan, bulan ini AS, Eropa dan Jepang akan mengalami resesi simultannya yang pertama di era pasca Perang Dunia Kedua. Di New York, harga minyak mentah untuk pengiriman Januari naik 7,2 persen menjadi 54,44 dolar AS, atau turun 63 persen dari rekor harga tertinggi 147,27 dolar AS yang dicetak pada 11 Juli 2008, demikian pula dengan harga transaksi berjangka Tembaga yang untuk pengiriman Maret nanti naik 2,3 persen. Panasonic Corp yang sahamnya telah diturunkan skalanya oleh Merrill Lynch & Co setelah produsen barang elektronik terbesar dunia ini memotong proyeksi besaran laba operasionalnya lebih dari 30 persen, melemah 4,1 persen menjadi 1.292 yen. "Perekonomian global tetap memburuk dan ini bukan masanya bagi investor untuk merasa aman.  Volume transaksi yang tipis menunjukkan betapa orang tidak yakin dengan masa depan pasar," kata Akino. (*) Sumber: Bloomberg

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2008