Jakarta,  (ANTARA News) - Pemerintah menyiapkan fasilitas pembiayaan ekspor untuk melancarkan kegiatan ekspor yang terhambat ketatnya likuiditas perbankan global akibat krisis finansial dunia.

"Kami sudah beberapa kali bertemu dengan BI, perbankan dan eksportir untuk membahas itu,"kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu di Jakarta, Jumat.

Satu fasilitas yang siap dikeluarkan oleh BI yaitu fasilitas pembiayaan setelah pengiriman barang untuk membantu eksportir jika terjadi gagal bayar.

Fasilitas yang disebut Redisconto wessel export with recourse itu akan membantu perbankan mendapatkan likuiditas dari L/C (Letter of Credit) yang telah diterbitkan.

"Itu akan mengurangi resiko ekspor,"ujarnya.

Selain itu, pemerintah menyiapkan fasilitas pembiayaan ekspor sebelum pengiriman barang yang bertujuan membantu eksportir untuk mendapatkan uang untuk membeli bahan baku.

"Itu sedang dipelajari dan juga sedang dijajaki bank-bank agar bisa mendapat akses untuk fasilitas pembiayaan lembaga keuangan dunia,"jelasnya.

Untuk itu, maka pemerintah mendorong kerjasama regional dan bilateral antar perbankan dan BI.

Mendag menjelaskan fasilitas pembiayaan ekspor akan berlaku untuk seluruh sektor yang berorientasi ekspor termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM).

Fasilitas pembiayaan ekspor sangat penting untuk menjamin kelancaran kegiatan ekspor yang mulai terpengaruh ketatnya likuiditas perbankan dunia.

"Kuncinya bagaimana masing-masing negara termasuk Bank Dunia, IFC dan lembaga lainnya bekerjasama untuk melancarkan pembiayaan ekspor,"tambahnya.

Meski bentuk kerjasama pembiayaan dengan lembaga keuangan dunia itu belum jelas bentuknya namun IFC telah berinisiatif meningkatkan dana untuk sistem garansi perbankan di dalam negeri sebanyak tiga kali lipat.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008