Yogyakarta (ANTARA News) - Saat ini sudah saatnya mengembalikan citra Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebagai objek wisata budaya dunia meskipun candi Budha terbesar ini sudah dikeluarkan dari tujuh keajaiban dunia.

Komisaris Utama PT.Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko, Setyono Djuandi Darmono di Yogyakarta, Jumat malam mengatakan karenanya masyarakat Indonesia harus mampu menciptkan sendiri sebutan Candi Borobudur untuk menggantikan sebutan tujuh keajaiban dunia .

"Kita harus mampu menciptakan sebutan yang bisa diakui dunia, misalnya sebutan Candi Borobudur sebagai Candi Budha terbesar dan tertua di dunia, sehingga tanpa sebutan tujuh keajaiban dunia tidak menjadi masalah,` katanya sebelum acara pisah-sambut Dewan Komisaris dan Direksi PT.Taman Wisata Borobudur Prambanan dan Ratu Boko.

Menurut dia, selain itu Candi Borobudur dapat difungsikan sebagai Pusat Studi Budaya Lintas Agama dengan menyertakan lembaga dan objek wisata religius di sekitar kawasan Candi Borobudur ke dalam program pengembangan pariwisata di daerah itu.

Di wilayah Candi Borobudur terdapat Sendangsono sebagai objek wisata relegius bagi umat Katholik, Pondok Pesantren (ponpes) Pabelan, Seminari di Magelang dan bangunan tempat ibadat umat Budha yang sudah ratusan tahun usianya. Semua itu bisa dikemas menjadi objek wisata yang menarik dan pusat studi lintas agama.

Untuk itu perlu mempromosikan Candi Borobudur dan Prambanan sebagai asset pariwisata yang diharapkan mengembalikan citra Indonesia, sehingga diharapkan dapat mendatangkan investor luar negeri.

"Semua itu perlu keja keras para pemangku kepentingan pariwisata agar dapat terealisir. Upaya tersebut diyakini bisa merobah persepsi dunia tentang Indonesia, dan melalui pariwisata yang aman dan damai diharapkan bisa mendatangan wisatawan mancanegara ke negeri ini,"katanya.

Ia mengatakan Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan bisa dimanfaatkan untuk membantu mengembalikan citra Indonesia sebagai objek utama kunjungan wisata di Indonesia maupun mancanegara.

Karena itu, target jangka panjang dan menengah adalah mendatangkan 10 juta wisatawan per tahun ke Candi Borobudur dan Prambanan serrta menaikkan tarif tanda masuk ke taman wisata tersebut.

"Jadi, jangan sampai objek wisata budaya kelas dunia dihargai rendah dengan tarif tanda masuk yang murah hanya Rp100 ribu untuk wisatawan mancanegara.Padahal tarif masuk wisatawan ke Menara Eiffel di Perancis sebesar Rp1juta,"katanya.

Sementara itu, susunan Dewan Komisaris dan Direksi yang baru terdiri daro Komisaris Utama Setyono D Darmono dan Komisaris Sapta Nirwanda,Budi Susilo dan Buntje Harbunangin.

Sedangan Direktur Utama dijabat Purnomo Siswoprasetjo, dan para direktur terdiri Agus H Canny, Linus Jonan, Hendro Hastjarjo dan Retno Hardiasiwi W.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008