Jakarta (ANTARA News) - Editor meja sunting internasional suratkabar The Australian, Greg Sheridan, pada koran itu edisi 28 November 2008, menyatakan bahwa serangan teror di Mumbai, India, adalah sebuah pesan kepada Presiden AS terpilih Barack Obama bahwa gerakan teror tetap ada meski AS berganti rezim lebih lembut. "Apapun yang kalian lakukan wahai orang Amerika, kami tetap akan menyerangmu. Kami akan menyerang sekutu-sekutu kalian di jantung ekonomi mereka dan kami akan memburu warga kalian di pusat-pusat keuangan sahabat-sahabat kalian," kata Greg menganalogikan pesan teror Mumbai dengan kalimat verbal. Peristiwa teror ini hanya seminggu sejak orang nomor dua Alqaeda, Ayman al-Zawahiri, memaklumatkan pernyataan bernada ajakan kepada kaum militan seluruh dunia untuk terus memburu warga AS dan Inggris. Serangan teror ke Mumbai, demikian Greg, di mana para pemegang paspor AS dan Inggris, terutama mereka yang berdarah Yahudi, menjadi target utama mereka, adalah ciri khas Alqaeda. Kelompok teror ini menampilkan nihilisme sektarian gerakan-gerakan teror yang lebih bengis dari sebelumnya sehingga menjadi hal yang sia-sia mengidentifikasi identitas dan asal para pelaku teror karena gerakan ini sudah tidak lagi mengenal asal bangsa dan negara pelaku teror. "Beberapa sumber yang sangat dipercaya di India mengatakan padaku tadi malam bahwa para pelaku teror itu jelas berasal dari Pakistan. Mereka tidak menuduh militer Pakistan, melainkan menunjuk kawasan utara Pakistan di mana wewenang pemerintah Pakistan tidak berlaku di sana, telah menjadi pusat pelatihan baru dan markas besar operasi-operasi teror global," kata Greg. Semakin sering Pakistan dituduh mendalangi aksi teror, semakin besar keinginan India untuk menghancurkan pusat-pusat teroris di Pakistan. Selain itu, serangan teror Mumbai berkonsekuensi membahayakan kerukunan hidup warga India, terutama antara warga Muslim dengan rakyat Hindu. Tujuan serangan teror berikutnya adalah mencoba mendorong India menjauh dari Washington. Pada akhirnya upaya ini tak akan tercapai, namun kaum Kiri India akan menyebut persahabatan India dengan AS yang dibuktikan dengan dicapainya perjanjian nuklir AS-India baru-baru ini, adalah salah satu penyebab serangan teror ke Mumbai. Padahal, sekutu paling penting AS dalam memerangi terorisme global adalah India. Selama ini program bantuan India untuk Afghanistan disebut-sebut sebagai bantuan paling efektif yang pernah dilakukan dunia internasional, namun pencapaian diplomatik India ini menyulut permusuhan dari poros Taliban-Alqaeda yang sangat berpengaruh pada kalangan suku-suku Pakistan di perbatasan Afghanistan. Dua kelompok teror paling efektif di India, Lashkar at Taiba yang berbasis di Pakistan dan Mujahidin India yang bermarkas dalam wilayah India, dikenal memiliki kontak sangat dekat dengan Alqaeda. Agenda lain dari serangan teror Mumbai adalah memperkeruh hubungan Pakistan-India. Presiden Pakistan Asif Ali Zardari baru-baru ini mengumumkan perdamaian dengan India sambil memaklumatkan bahwa Pakistan akan menanggalkan doktrin serangan nuklir pertamanya dan memperkuat upaya pembasmian sarang-sarang teroris di wilayah-wilayah terpencil Pakistan di perbatasan Afghanistan. Keputusan pemerintahan sipil Pakistan di bawah Ali Zardari untuk berdamai dengan India ini membuat dua kelompok marah. Mereka adalah militer Pakistan dan kelompok-kelompok militan Muslim di negeri itu. Serangan teror ke Mumbai dinilai banyak kalangan sangat terorganisasi dan terkoordinasi rapi sehingga membangkitkan keyakinan bahwa para pelaku teror telah dilatih dan melewati perencanaan sangat matang. Dan pola teror seperti ini mungkin menjadi metode dasar baru bagi serangan-serangan teror berikutnya. Dalam setahun atau dua tahun terakhir, dinas-dinas intelijen di Asia Tenggara telah memperingatkan banyak kalangan bahwa Jamaah Islamiyah sedang mempertimbangkan mengubah metode teror mereka dari melakukan pemboman menjadi serangan-serangan bersenjata ke manusia untuk mendapatkan efek teror yang maksimum. Mereka berpikir, para pembuat bom seringkali mudah dideteksi dengan menjejak bagaimana bahan-bahan bom berasal atau dibeli, namun mengumpulkan senjata lebih gampang dan aman dilakukan. Serangan-serangan teror ke Mumbai membuktikan pola ini berhasil dalam 24 jam pertama. Meskipun kampanye teror itu menelan nyawa para pelaku terornya sendiri, namun pola seperti ini memberi para pelaku teror mendapatkan apa yang diinginkannya. Selama kampanye presidensial AS lalu, Wakil Presiden terpilih Joe Biden berulangkali mengatakan, musuh-musuh AS akan menguji Obama pada bulan-bulan pertama pria kulit hitam ini memerintah AS. Tampaknya, prediksi Biden terbukti lebih cepat dari yang dikiranya. (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2008