Jakarta (ANTARA News) - Jasa Pergudangan justru laris selama krisis ekonomi seperti dialami PT.Bhanda Ghara Reksi (BGR) yang selama krisis ekonomi hampir semua gudang miliknya penuh disewa. "Dalam situasi seperti ini perdagangan terhenti sehingga pengusaha memilih menyimpan barang di gudang menunggu harga-harga membaik," kata Direktur Utama BGR, Mulyanto di Jakarta, Sabtu, di tengah-tengah kegiatan pembagian sembako kepada masyarakat kurang mampu. Mulyanto yang ditemui dalam kegiatan yang merupakan bagian dari program Bina Lingkungan perseroan mengatakan, jasa pergudangan dapat menjadi jalan keluar mengenai waktu dan nilai barang. "Pemilik barang dapat menyimpan dalam waktu tertentu tanpa khawatir barangnya rusak atau hilang, sambil menunggu harga di pasar saat ini membaik. Sebab kalau di lempar ke pasar dalam kondisi sekarang tidak ada jaminan mendapat harga terbaik," ujarnya. Saat ini dari enam lokasi gudang BGR Cabang Jakarta, Pancoran, Kalibata, Cilincing, Percetakan Negara, Cilegon, serta Kelapa Gading, semuanya penuh dan permintaan terus bertambah, ungkapnya. Permintaan terhadap ruang gudang juga meningkat di wilayah usaha BGR lainnya di seluruh Indonesia seperti Medan, Palembang, Makassar, Kupang, dan Sorong meski tidak sebesar di DKI Jakarta, kata Mulyanto. Mulyanto mengatakan, keberhasilan usaha pergudangan tidak semata-mata kepada ketersediaan ruangan, akan tetapi yang terpenting manajemen dan jaringan (networking) menjadi penentu bagi pemilik barang. Banyak jasa pergudangan yang sulit memenuhi ruangannya semata-mata karena manajemen yang buruk sehingga muncul kasus barang rusak atau hilang yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan pemilik barang, ungkapnya. Mulyanto mengatakan, komoditi yang disimpan di gudang saat ini beragam mulai dari pupuk yang menjadi awal binsis perusahaan, juga komoditi lainnya seperti elektronik, consumer good, farmasi, cokelat, kopi, karet, timah, yang seluruhnya mencapai 25 jenis. Perusahaan pada akhir tahun 2008 memperkirakan meraih pendapatan 95 persen darti target Rp307 miliar, sedangkan laba (profit) mencapai 120 persen dari target Rp16,5 miliar, ungkap Mulyanto. Bagi sembako Lebih jauh Mulyanto mengatakan, pembagian 525 paket sembako kepada masyarakat tidak mampu dan yatim piatu yang tinggal di sekitar wilayah kantor cabang DKI Jakarta merupakan bagian dari Program Bina Lingkungan. "Sesuai Surat Meneg BUMN No.4 tahun 2008 mengharuskan setiap BUMN menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang masing-masing ditetapkan dua persen dari laba perusahaan," ujarnya. Mulyanto mengatakan, untuk Program Kemitraan dari Rp2,9 miliar yang dialokasikan sebagai dana bergulir saat ini pinjamannya sudah mencapai Rp10 miliar, sedangkan Bina Lingkungan yang baru dimulai tahun 2003 sekitar Rp800 juta. Unit PKBL BGR sendiri saat ini telah menjalin 422 mitra yang tersebar di DKI Jakarta dan sekitarnya sejak didirkan tahun 1992 lalu. (*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008