Kairo (ANTARA News) - Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan mempertahankan kuota produksinya  dalam sebuah pertemuan informal Sabtu di Kairo, namun menjanjikan mengambil setiap aksi yang diperlukan untuk menstabilkan pasar pada bulan depan. Merosotnya permintaan minyak akibat penurunan ekonomi global mengakibatkan harga minyak jatuh sekitar dua pertiganya dari rekor tertinggi di atas 147 dolar AS per barel hanya dalam waktu empat bulan. "Para menteri sepakat untuk mengambil setiap langkah aksi pada 17 Desember (di Oran) guna menyeimbangkan pasokan dan permintaan minyak serta serta mencapai kestabilan pasar," kata Chakib Khelil, yang juga menteri perminyakan Aljazair, kepada AFP. Menigkatnya ekspektasi keputusan tersebut muncul karena harga minyak mentah telah mendekati harga terendah dalam tiga tahun, memicu kekhawatiran diantara para anggota OPEC tentang anjloknya pendapatan mereka dari minyak. Menteri Perminyakan Libya, Shukri Ghanem kepada para jurnalis mengatakan "tidak ada pemotongan produksi" setelah pertemuan di ibukota Mesir. Pasar terus merosot pada tahun ini, meski OPEC menurunkan produksinya pada September dan Oktober menjadikan kuota produksina sebesar 27,3 juta barel per hari, tidak termasuk Irak. "Kami mencatat kemunduran serius  dalam ekonomi dunia dan itu membawa konsekuensi serius pula  pada harga minyak," kata Khelil. OPEC, yang memproduksi 40 persen dari minyak mentah dunia, juga memperkirakan harga minyak tidak akan pulih sebelum pertengan tahun depan. "Harga minyak tidak akan mulai naik sebelum paruh kedua 2009," kata Sekretais Jenderal OPEC, Abdalla Salem El-Badri. Realisitis Khelil, dalam sebuah konferensi pers, juga mengakui bahwa krisis finansial global dan bayangan resesi seluruh dunia akan memangkas signifikan permintaan energi untuk enam bulan pertama 2009. "Kami realistis bahwa dalam kuartal pertama tahun depan permintaan akan turun, dan dalam kuartal kedua kami akan mengalami penurunan besar," kata dia. Badri menambahkan, para menteri OPEC telah mencapai sebuah "konsensus" tentang pemotongan produksi pada pertemuan mendatang di Oran, Aljazair, pada 17 Desember. Analis Bill Farren-Price dari Medley Global Advisers mengatakan bahwa kartel perlu menurunkan produksinya  sedikitnya satu juta barel pada bulan depan. Mereka pasti akan menurunkan .... sedikitnya satu juta barel per hari, namun realitasnya tergantung berapa banyak yang mereka nilai cukup dalam melengkapi penurunan sebelumnya," kata Farren-Price. Badri juga mengkonfirmasikan bahwa  produsen minyak utama non-OPEC Rusia, Rusia, salah satu produsen minyak dan gan terbesar dunia, mengatakan awal pekan ini bahwa penurunan harga merugikan para produsen dan pihaknya akan mengkoordinasikan starteginya bersama OPEC. Khelil mengatakan kartel telah mencapai tingkat pemenuhan 85 persen di antara para anggota untuk dua penurunan produksi sebelumnya pada September dan Oktober. OPEC menyerukan sebuah pertemuan kosultatif untuk membicarakan bagaimana menopang harga yang telah jatuh dari rekor tertinggi tahun ini, di tengah bayang-bayang resesi global yang memukul permintaan energi. Awal bulan ini, minyak mentah Brent North Sea  di London, jatuh menjadi 47,40 dolar AS dan minyak mentah di  New York menyentuh 48,35 dolar AS -- keduanya point terendah dalam hampir empoat tahun. Bandingkan itu dengan rekor tertinggi mereka, masing-masind 147,50 dan 147,27 dolar AS pada 11 Juli, ketika kekhawatiran terhadap gangguan pasokan membuat harga minyak meroket. Sementara, Raja Arab Saudi King Abdullah mengatakan dalam sebuah wawancara  yang dipublikasikan di Kuwait bahwa harga  75 dolar AS per barel akan menjadi "adil" -- sebuah indikasi bawa penurunan produksi akan terjadi pada pertemuan mendatang untuk menghidupkan kembali pasar. Arab Saudi adalah eksportir minyak mentah terbesar di dunia dan sejauh ini memainkan peran penting dalam OPEC, yang memproduksi 40 persen pasokan minyak mentah global. Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Nuaimi mengatakan jelang pertemuan di Kairo, bahwa keputusan tentang produksi akan dibuat pada Desember. OPEC terdiri dari Aljazair, Angola, Ekuador, Iran, Irak, Kuwait, Libya, Nigeria, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Venezuela. Ke-13 produsen minyak -- Indonesia telah menghentikan sementara keanggotaannya dan resmi keluar dari kartel pada akhir 2008 -- sementara Irak tidak memiliki kuota produksi karena negara itu mengalami peselisihan domestik pasca perang. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008