Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga repo (fasilitas pinjaman harian) dari BI Rate plus seratus menjadi BI rate plus 50 persen untuk mendukung likuiditas perbankan. Menurut Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono di Jakarta, Kamis, karena ketatnya likuiditas yang terjadi saat ini baik valuta asing maupun rupiah serta ketidakpastian perekonomian membuat perbankan lebih memilih menyimpan kelebihan dananya dibandingkan meminjamkan kepada bank yang membutuhkan dana. "Dalam situasi pasar normal, bank akan meminjamkan dananya kepada bank yang membutuhkan, tetapi dalam pasar yang tidak normal seperti ini, maka bank-bank berhati dan memilih mengholds (memegang) dananya, sehingga likuiditas menjadi ketat," katanya. Ia menjelaskan, hal ini membuat segmentasi di mana terdapat bank yang memiliki likuiditas banyak dan bank yang kerepotan untuk mencari dana guna memenuhi kebutuhannya. "Dengan background seperti itu BI menurunkan Repo Rate," katanya. Ia menjelaskan, kebijakan penurunan giro wajib minimum sebenarnya telah menggelontor dana sebesar Rp40 triliun ke perbankan. Namun demikian hal ini belum membuat pasar uang antar bank belum normal sebab bank masih memilih memegang dananya. Menurut dia, adanya penurunan repo tersebut akan memecahkan segmentasi yang terjadi. Selain itu, dengan pasar yang tidak normal seperti ini, bila terjadi kemacetan arus likuiditas maka BI menjadi satu-satunya lembaga yang menyediakan likuiditas. "Dengan penurunan repo rate tersebut, diharapkan dapat membantu likuiditas bank, apalagi lebih murah," katanya. Untuk menjadikan suku bunga simetris, selain menurunkan suku bunga Repo, BI menaikan suku bunga fasilitas Bank Indonesia (FASBI) dari BI rate minus 100 basis poin menjadi BI rate minus 50 basis poin.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008