Jakarta (ANTARA News) - Delegasi Indonesia yang sedang menghadiri konperensi PBB untuk perubahan iklim, COP-14, di Poznan, Polandia, menilai tanpa adanya komitmen negara-negara maju untuk melakukan penurunan emisi secara lebih tajam, maka kesepakatan terhadap Reduction Emission from Deforestration and Degradation (REDD) akan terancam. Siaran pers Kedubes RI di Warsawa, Sabtu, menyatakan delegasi Indonesia berupaya keras untuk menggalang kebersamaan dan kemitraan di antara delegasi-delegasi para pihak untuk menyepakati perlunya pengurangan emisi secara lebih mendalam, terutama berkaitan dengan penentuan opsi-opsi metodologi serta pendekatan dan insentif positif dalam REDD. Namun, Dubes RI untuk Polandia Hazairin Pohan, mengatakan oleh karena tidak diimbangi dengan komitmen negara-negara maju bagi pengurangan emisi secara drastis maka dikhawatirkan tidak menghasilkan titik-temu. Pembahasan isu REDD, katanya, menjadi mencuat karena kecemasan dunia terhadap laju kerusakan 13 juta hektar hutan tropis setiap tahunnya yang menimbulkan penyebab kerusakan biodiversitas dan dampak pelepasan karbon yang signifikan. Panel antar-pemerintah tentang perubahan iklim (IPCC) memperkirakan emisi yang ditimbulkan oleh deforestasi pada tahun 1990-an mencapai 5,8 gigaton atau sekitar 20% dari emisi gas rumah kaca global per tahun. Dr. Nur Masripatin, anggota Delri mengemukakan bahwa sesungguhnya berbagai lokakarya yang dilakukan telah menghasilkan kesamaan pandangan terkait dengan pendekatan kebijakan. Lebih lanjut Dr. Masripatin mengemukakan pula adanya perkembangan yang positif berkenaan dengan metodologi dan pihaknya menilai 2 (dua) opsi pendekatan yang ada dapat saling melengkapi yaitu pemantauan lapangan dan solusi penginderaan jarak jauh. Delegasi mendesak adanya komitmen untuk penurunan emisi secara lebih tajam oleh negara-negara maju, sehingga pada gilirannya diharapkan akan menaikkan kompetisi pasar karbon yang menjadi insentif bagi negara-negara berkembang untuk terus mengembangkan REDD secara berkelanjutan. Indonesia menilai bahwa pada tahap awal ini yang diperlukan adalah aktifitas dan tindakan nyata yang bisa dilakukan oleh negara pihak guna mengambil pelajaran dari pengalaman menerapkan REDD. Untuk ini, Indonesia bersama dengan delegasi Australia telah menyampaikan usulan bersama yang antara lain berisi serangkaian pengalaman yang dipetik terkait dengan aspek metodologi dan kelembagaan serta bagaimana masyarakat sekitar dan pelaku pengelola hutan lainnya dapat turut mengambil manfaat dari program yang dilakukan. Delri mengemukakan bahwa penting yang ditekankan dalam usulan tersebut adalah pentingnya kemitraan antara negara maju dan negara berkembang dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Melihat kompleksnya isu perubahan iklim, nampaknya semangat kemitraan merupakan jalan keluar dalam kebuntuan pada perdebatan tanpa akhir yang sedang terjadi dalam sidang COP-14 pada hari ke-5 tersebut. (*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008