London  (ANTARA News) - Dunia menaruh harapan pada presiden terpilih Barack Obama untuk memulihkan reputasi hak azasi manusia (HAM) AS, menyusul ternodanya nama baik negara itu akibat perangnya melawan teror, Sekjen Amnesti Internasional menyatakan kepada AFP. Dalam wawancara untuk menyambut 60 tahun Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia, Irene Khan menyatakan setelah serangan pada 11 September 2001, negara-negara Barat menerapkan berbagai taktik yang dulu pernah mereka kutuk. "Serangan 11 September terjadi akibat sikap munafik Barat yang saat itu menggembar-gemborkan di luar negeri sebagai pihak yang mengagungkan HAM," kata Khan. "Tiba-tiba mereka terperangkap dalam masalah itu di wilayah mereka sendiri. Dan kemudian menghadapi masalah HAM, mereka memilih jalan yang mudah untuk keluar dari masalah ini, yakni mengikis HAM ketimbang menjunjungnya."    "Saya kira itu memberikan pesan buruk di seluruh dunia kepada pihak lainnya."    Ketika perang melawan teror dilancarkan Presiden George W. Bush, "mereka mengikuti begitu saja kemauan Bush," kata Khan, sambil menyebutkan beberapa pemerintah Eropa yang bekerja sama dalam penanganan tersangka teror. Cara penangananan tersangka teror, seperti membawa tersangka ke negara ketiga untuk diinterogasi, bahkan melalui sejumlah bandara dan wilayah udara Eropa, menjadi salah satu unsur yang diperdebatkan dalam perang melawan teror. Foto-foto tawanan Irak yang telanjang dan kepala diselubungi dan melakukan simulasi seks homoseksual di penjara Abu Ghraib yang dikelola AS juga menjadi simbol yang jelas terjadinya pelanggaran HAM oleh pasukan AS. Namun demikian, Khan merasa optimis pelantikan presiden kulit hitam pertama AS pada Januari mendatang akan membuat HAM kembali ke agenda paling penting Washington.      AS jadi panutan Amnesti menyerukan kepada Obama agar menutup penjara Teluk Guantanamo pada 100 hari pemerintahannya untuk menentukan suasana kepresidenannya. "Saya sangat berharap agar AS sungguh-sungguh menjunjung tinggi HAM di masa mendatang," kata Khan. "Ada alasan kuat bagi AS untuk berbuat begitu. Sebagai kekuatan terbesar di dunia, setiap pihak menoleh kepada AS sebagai panutan atau model peran."    Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia akan diperingati hanya beberapa hari setelah serangan teror di Mumbai dan di tengah kekhawatiran di Barat terhadap menyebarnya ekstremisme agama. Dia juga mengakui prospeknya suram karena melambatnya ekonomi global merupakan tantangan baru bagi HAM dan dia menyatakan semua pemerintah berkewajiban melindungi warganegara mereka. "Akan terjadi gambaran buruk di masa mendatang, saat rakyat merasakan dampak krisis, mereka akan melakukan unjukrasa, merasa tak puas dan semua ini dapat mengakibatkan munculnya aksi kekerasan. "Dalam saat krisis ini, para pemerintah harus berada di depan, mereka tak bisa menyerahkan masalah ini kepada kemauan pasar." (*)  

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008