Jayapura (ANTARA News) - Menjelang Natal-pesta kelahiran Yesus Kristus, kaum muda Kristiani di Papua tampak bergotong royong membangun pondok Natal yang merupakan tradisi di kalangan masyarakat Kristen di seantero dunia termasuk mayoritas masyarakat Papua yang memeluk agama Nasrani (Kristen). Pantauan ANTARA di Jayapura, Rabu, di kawasan DOK IX,Kelurahan Tanjung Ria Distrik Jayapura Utara Kodya Jayapura, terlihat para pemuda dan remaja bergotong royong membangun pondok Natal beratapkan seng empat lembar dan berdinding bambu dihiasi lampu remang-remang. Pondok Natal terlihat apik dan indah itu terbuat dari bahan lokal seperti bambu, kayu dan rumput-rumput hijau. Hasil kreasi para remaja seperti Ayub Santanai,Silas Santanai dan Alfon Santanai itu cukup menakjubkan. Kornelis Adorway, ayah dari Ayub Santania mengatakan, kebiasan menjelang hari raya Natal di dalam keluarganya adalah membuat pondok Natal karena pondok Natal merupakan salah satu lambang Yesus dilahirkan di Betelehem sebagai sang bayi yang miskin dan menderita. "Pondok Natal selalu dibuat sederhana untuk mengingatkan kembali betapa miskin dan menderitanya peristiwa kelahiran Yesus di Betlehem," kata Kornelis. Sementara itu, Silas Santanai mengatakan, Pondok yang dibangun bersama rekan- rekannya ini menggunakan bahan lokal dan membutuhkan waktu dua hari mulai dari mengumpulkan bahan bangunan berupa bambu dan seng serta kayu hingga menata atau menghias pondok Natal itu. "Membangun pondok Natal ini sudah merupakan pekerjaan rutin kami setiap tahun menjelang Natal. Selain itu, dibuatkan juga pohon Natal," kata Silas. Pemuka agama Kristen sekaligus mantan pelayanan pada gereja GKI "Pengharapan" Kota Jayapura, Pdt Paul Petrus Adorway berpendapat, Natal adalah momentum bersejarah bagi umat Kristen, karena pada saat itu, dirayakan kelahiran Yesus Kristus yang diimani sebagai Juru Selamat Dunia. "Pohon Natal melambangkan kedamaian Natal sedangkan pondok Natal melambangkan peristiwa kelahiran Yesus yang miskin dan papa," katanya. Menyalakan lilin Natal juga sebuah kebiasaan yang cukup kuno. Gereja-gereja Kristen Purba menyebut Natal sebagai sebuah "Pesta Terang". Sinar lilin itu bercahaya seirama dengan kecemerlangan Natal. Tradisi ini sudah berlangsung berabad-abad lamanya, ada yang membangun pondok Natal dan ada pula yang membuat gua Natal yang merupakan tempat kelahiran Yesus pada lebih dari 2000 tahun silam. Membangun pondok Natal atau juga gua Natal tidak lain merupakan rekonstruksi suasana kelahiran Kristus. Tujuan rekonstruksi itu semata-mata bersifat rohani yakni melihat dengan mata sendiri kesusahan, penderitaan sebagai manusia yang dialami Yesus yang lahir ke dunia. Rekonstruksi ini lama kelamaan menerima karakter budaya berbagai bangsa di dunia, tidak ketinggalan budaya Papua. Maka pondok Natal dibangun dengan gaya khas rumah orang Papua. "Banyak orang terlihat datang ke pondok itu karena mereka mau hadir di situ dengan maksud turut merasakan secara lahiriah misteri kelahiran Yesus," katanya. (*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008