Jakarta  (ANTARA News) - Bank Dunia menyetujui dua pinjaman kebijakan pembangunan senilai 950 juta dolar AS untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia.

"Melalui pinjaman ini, Bank Dunia mendukung upaya Indonesia meningkatkan investasai di sektor infrastruktur, terutama penyediaan layanan listrik, air dan sanitasi, pengembangan kemitraan publik," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Joachim von Amsberg, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam mengatasi tantangan akibat gejolak keuangan dunia. Untuk itu, dana pinjaman dari Bank Dunia ini diharapkan dapat membantu Indonesia, terutama bagi memperkuat kinerja perekonomian dalam menghadapi dampak krisis keuangan di tahun mendatang.

Namun demikian, menurut dia, untuk mengantisipasi krisis yang terjadi, Indonesia diharapkan tetap memegang prisip kehati-hatian dalam pengelolaan ekonomi makro akibat masih tingginya ketidakpastian global.

Ia mengharapkan pinjaman tersebut dapat membantu meningkatkan belanja modal departemen-departemen infrastruktur sebesar 25 persen dan meningkatkan porsi subsidi listrik untuk masyarakat berpendapatan rendah.

Selain itu membantu mempersiapkan tender yang kompetitif dan transparan untuk transaksi kemitraan publik-swasta serta secara signifikan mengurangi prevalensi pembuangan sampah pasar terbuka di kota besar dan kecil.

Kepala Ekonom Bank Dunia Indonesia itu mengatakan, utang senilai 950 juta dolar AS dengan waktu pengembalian 24,5 tahun, tenggang waktu sembilan tahun serta bunga LIBOR plus 0,3 persen ini diharapkan mampu mendukung program pemerintah dalam memberikan stimulus untuk perekonomian.

"Dengan tambahan 950 juta dolar yang bisa langsung ditempatkan ke Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), pemerintah dapat menggunakannya untik menggerakkan perekonomian, dengan menyalurkannya untuk tujuan investasi," katanya.

Menurut dia, pemerintah akan mempercepat penyaluran belanjanya untuk mendukung stimulus. "Pada semester satu pemerintah tampaknya siap untuk meluncurkan belanjanya guna menopang perekonomian dan mengantisipasi dampak krisis keuangan yang semakin kuat di semester pertama 2009," katanya.

Sementara itu, menurut dia, tambahan 950 juta dolar AS tersebut setidaknya bisa menambah cadangan devisa, meskipun tak memiliki dampak yang signifikan terhadap rupiah.

"Saya kira dampaknya kecil sekali, tapi untuk tambahan likuiditas dan cadangan devisa ya, meski kecil," ujarnya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008