Tokyo (ANTARA News) - Tidak pernah terbayangkan bagi Tomoaki Katsuda, seorang pejabat di kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejehatraan Sosial Jepang, jika mitra kerjanya dari Indonesia, Kepala BNP2TKI Mohammad Jumhur Hidayat melontarkan kalimat puitis dalam suatu pertemuan yang formal.

Hal itu dilontarkan secara tiba-tiba oleh Jumhur Hidayat saat bertemu Katsuda, Asisten Dirjen Hubungan Internasional di ruang kerja pejabat Jepang tersebut di Tokyo, Kamis. Saat itu kedua belah pihak sedang serius membahas perkembangan penempatan tenaga perawat dan caregivers Indonesia.

"Jika kita memiliki cinta, maka segala persoalan bisa teratasi dengan mudah," kata Jumhur mengutip pernyataan penyair mengenai kehebatan cinta.

Kontan saja pejabat Jepang itu kebingungan melihat peserta rapat dari pihak Indoensia tersenyum-senyum menahan tawa mendengarkan celotehan sang bos.

Namun setelah diterjemahkan oleh interpreter, Katsuda pun lantas ikut tersenyum memaklumi.

Pernyataan soal cinta mengemuka ketika Jumhur menyampaikan hasil kunjungannya ke sejumlah panti jompo dan rumah sakit Jepang yang akan menerima tenaga perawat dan caregivers Indonesia kepada pejabat Jepang itu.

Dari berbagai masukan yang diperolehnya, bahwa kesuksesan program "mengekspor" perawat itu bergantung pada dua hal, yaitu semangat dari perawat Indonesia sendiri dan dukungan dari lembaga yang menerima keberadaan mereka kelak.

Mengetahui hal tersebut, Jumhur lantas memotivasi perawat Indonesia untuk bisa bekerja dengan cinta agar bisa diterima sepenuhnya oleh warga Jepang, yang umumnya meragukan kemampuan berbahasa Jepang mereka. Kalimat cinta itulah yang disampaikanya juga kepada pejabat Jepang tersebut.

Dalam pertemuan itu, kedua pihak memahami pentingnya mensukseskan program pengiriman perawat dan caregivers ke Jepang, mengingat Negeri Sakura tersebut memiliki persoalan serius dengan kelompok masyarakat jompo (aging society) yang semakin bertambah banyak.

Lebih jauh pembahasan juga menyinggung soal rencana pengiriman gelombang kedua yang lebih tertata baik dan tidak terburu-buru, seperti saat pengiriman perawat gelombang pertama yang hanya memiliki waktu seleksi selama dua bulan.

"Tahap kedua ini nantinya akan melibatkan pihak pengguna langsung seperti rumah sakit dan juga panti jompo untu terlibat dalam proses seleksi dan wawancara," kata Katsuda lagi.

"Pada intinya, Indonesia siap untuk mengirimkan perawat lebih banyak lagi ke Jepang," balas Jumhur yang juga mengingatkan bahwa program pengiriman seribu perawat dan caregivers ini harus sukses lebih dulu.

Katsuda pun paham bahwa masalah tenaga kerja kini sedang menjadi persoalan global yang cukup memusingkan.

Sementara itu, dalam pertemuannya dengan Dubes RI untuk Jepang Jusuf Anwar, Jumhur menyampaikan permohonan agar KBRI Tokyo bisa membuka akses pasar yang lebih luas lagi di Jepang bagi tenaga terampil asal Indonesia.

Dubes pun menyanggupinya sekaligus meminta dilakukannya koordinasi yang lebih bagus soal tenaga kerja ini.(*)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008