Jakarta,  (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Senin sore turun 75 basis poin lebih kecil dibanding pagi yang mencapai 110 poin, akibat intervensi Bank Indonesia (BI) mengantisipasi tekanan pasar yang agak meningkat.

"Masuknya BI ke pasar karena otoritas moneter khawatir rupiah akan makin terpuruk hingga mendekati angka Rp12.000 per dolar AS," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Senin.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp11.075/11.175 dibanding akhir pekan lalu yang mencapai Rp11.000/11.155 per dolar AS atau melemah 75 poin.

Rully mengatakan, rupiah diperkirakan akan tetap tertekan pasar, karena baik BUMN maunpun korporate masih membutuhkan dolar AS untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo.

BUMN seperti Pertamina dan PLN merupakan perusahaan pemerintah yang paling banyak memerlukan dolar AS untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo, katanya.

Berkurangnya tekanan pasar terhadap rupiah, menurut dia, karena pemerintah telah menurunkan harga premium dan solar yang berdampak positif terhadap pasar.

Pemerintah berusaha memberikan insentif dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri agar bisa berjalan dengan baik sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, katanya.

Bahkan pemerintah lanjut dia juga telah mengajukan berbagai pinjaman baik dari Bank Dunia, Perancis maupun Bank Pembangunan Asia untuk menjaga rupiah dan ekonomi tumbuh lebih baik dari perkiraan sebelumnya.

Faktor lainnya dengan bertambahnya cadangan devisa BI sebesar 2 miliar dolar AS juga memperkuat dukungan terhadap pasar uang, tuturnya.

Ia mengatakan, Indonesia juga berusaha memperkuat pasar domestik dan mencari pasar baru seperti di kawasan Timur Tengah dalam meningkatkan pasar ekspor.(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008