Jakarta (ANTARA News) - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengaku tidak terpengaruh dengan wacana pembentukan koalisi "Poros Tengah" jilid II, koalisi partai Islam yang pada 1999 berhasil mengantar KH Abdurrahman Wahid menjadi presiden. "Kondisi saat ini beda dengan dahulu (1999)," kata Sekjen PDIP Pramono Anung di sela peluncuran Jakarta Political Club dan penetapan 15 pemimpin muda berpengaruh tahun 2008 versi majalah Biografi Politik di Jakarta, Selasa. Pramono yang ditetapkan sebagai salah seorang pemimpin muda berpengaruh tahun 2008 mengatakan, wacana pembentukan Poros Tengah jilid II ini sulit terwujud karena saat ini antar partai Islam terdapat perbedaan pandangan. Kondisi Pemilu 2009 juga berbeda dengan 1999, di antaranya dalam syarat pengajuan calon presiden dan juga cara pemilihan presiden. Sementara Ketua DPP Partai Golongan Karya (Golkar) Muladi menilai, Poros Tengah jilid II, bisa jadi alternatif tetapi sulit untuk direalisasikan. "Setiap partai Islam memiliki sejarah dan orientasi sendiri-sendiri, jadi sulit untuk merealisasikan gagasan tersebut," katanya. Ditemui usai penandatanganan nota kesepahaman Lemhannas RI dan Universitas Kebangsaan Malaysia, ia mengatakan, selain partai-partai Islam memiliki orientasi serta sejarahnya sendiri-sendiri, partai nasional seperti PDI-Perjuangan dan Golkar telah memiliki poros sendiri. Partai-partai Islam menilai, keberadaan Poros Tengah II sebagai sesuatu yang tidak memberikan manfaat bagi mereka, karena mereka telah memiliki orientasi masing-masing. Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengusulkan agar Parpol Islam atau berbasis massa Islam membentuk koalisi strategis menjadi Poros Pengah untuk menyatukan suara umat Islam. "Hal ini dimaksudkan agar representasi politik Islam tetap berlanjut dan marwah politik Islam tetap terjaga," kata Din. Namun kemudian Din menilai telah terjadi distorsi makna atas gagasan koalisi strategis partai-partai Islam menjelang Pemilu 2009. Din mengatakan koalisi strategis bisa disebut sebagai Poros Tengah tetapi maknanya berbeda dengan "Poros Tengah" sebelumnya. (*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008