Jakarta (ANTARA News) - Penurunan harga solar sebesar Rp700 per liter pada hari Senin (15/12) justru membuat nelayan tradisional rugi karena bakul menurunkan harga ikan hasil tangkapan lebih dari 50 persen. "Nelayan justru merugi, bahkan sebelum harga solar kemarin diturunkan. Para bakul ikan seenaknya saja menurunkan harga, mereka itu memegang kendali dalam menetapkan harga ikan nelayan," kata Ketua Serikat Nelayan Tradisional, Kajidin, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu. Menurut Kajidin, pernurunan harga ikan telah terjadi sejak pemerintah menurunkan harga premium Rp500 per liter untuk pertama kalinya. Isu pemerintah segera menurunkan harga solar membuat bakul langsung menurunkan harga hasil tangkapan. Ia mengatakan harga ikan tengiri yang sebelumnya mencapai Rp28.000 hingga Rp35.000 per kilogram (kg) kini turun menjadi Rp17.000 hingga Rp20.000 per kg. Harga rajungan rebus yang semula di atas Rp40.000 per kg kini turun menjadi sekitar Rp20.000 per kg. Jika sebelumnya 80 persen biaya operasional nelayan tradisional adalah biaya untuk bahan bakar atau solar, ia mengatakan, setelah penurunan harga solar sebesar Rp700 per liter tersebut memang ada penurunan presentase biaya bahan bakar untuk operasional kapal nelayan. "Tapi sama saja bohong, kita tetap rugi soalnya harga ikan sudah turun duluan. Turunnya juga banyak," ujar dia.(*)

Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2008