Menurut Adi Sasono di Jakarta, Kamis, ketergantungan kepada pupuk non organik terbukti menimbulkan dampak negatif yang luas, selain menurunnya produktivitas lahan juga sering terjadi kelangkaan persediaan di banyak daerah.
"Kita memang mengalami masalah kurangnya suplai pupuk urea, memang nyatanya kurang," kata Adi yang juga menyarankan agar pemerintah memperbaiki sistem distribusi pupuk bersubsidi.
Saat ini pupuk bersubsidi disalurkan melalui 11 ribu distributor yang tersebar di seluruh Indonesia.
Total kebutuhan pupuk Indonesia mencapai 10 juta ton untuk urea, padahal produksi enam pabrik pupuk di Indonesia hanya 8,5 juta ton per tahun.
"Dibandingkan kebutuhan untuk perkebunan yang mencapai 17 juta ha, sementara pertanian hanya kurang dari 12 juta hektar lahannya, maka pasti terjadi kesenjangan di sini," katanya.
Menurut Adi, kesenjangan pasar inilah yang menyebabkan rawan terjadinya penyimpangan. Terlebih penyaluran pupuk distribusi saat ini melalui 11 ribu distributor.
Adi menyarankan agar jumlah produksi pupuk urea juga ditingkatkan setidaknya 1,5 juta ton per tahun untuk menekan terjadinya kasus kelangkaan selain perbaikan sistem distribusi.
(*)
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008