Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Ryan Kiryanto mengatakan perbankan di Indonesia lebih kuat dibandingkan Singapura. "Sebab, dana di perbankan kita mayoritas merupakan milik penduduk Indonesia, berbeda dengan Singapura atau Malaysia yang mayoritas berasal dari asing," katanya di Jakarta, Kamis. Sehingga, menurut dia, ketika krisis keuangan melanda maka banyak dana diperbankan Singapura dan Malaysia keluar. "Ini yang menyebabkan mereka kemudian menetapkan blanked guarantee (jaminan) menyeluruh, agar uang asing tersebut tetap berada di Singapura," katanya. Bahkan, menurut dia, skenario terburuk yang mungkin dilakukan Singapura agar dana tak keluar adalah pembatasan. "Sehingga dana yang masuk untuk beberapa waktu tidak keluar dulu," katanya. Ia menambahkan, selama ini persepsi bahwa kondisi Singapura lebih baik adalah salah. Perbankan Singapura justru memiliki eksposur yang tinggi terhadap surat berharga yang bermasalah sehingga menggerus permodalan mereka. Sebab Bank di Singapura lebih condong pada investment bank. "Bahkan superholding BUMN Singapura juga tak luput dari surat-surat berharga yang bermasalah, bahkan PM Singapura harus memikirkan Holding BUMNnya yang asetnya turun 70 persen," katanya. Ia mengatakan, Indonesia sangat diuntungkan dengan bank yang lebih memiliki kekuatan di komersial bank yang lebih memilih menghasilkan keuntungan melalui fungsi tradisional bank yaitu menyalurkan kredit. Sehingga krisis finansial AS tidak begitu berdampak terhadap fundamental bank. Disisi lain menurut dia, bentuk perekonomian Indonesia yang menghasilkan bahan-bahan mentah dari sumber daya alam sangat menguntungkan. "Sebab bahan-bahan ini masih terus diperlukan oleh semua perekonomian, dan ini pula yang menjadi bumper bagi perbankan dalam menyalurkan kredit seperti sektor agrikultur atau pertambangan," katanya. Selain itu, menurut dia, bank-bank besar yang banyak fokus di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) membuat bank Indonesia kuat. "Sebab sektor ini lebih tahan krisis," katanya. Bahkan menurut dia, tahun depan kredit disektor ini akan tumbuh lebih cepat. "Banyak mereka yang di PHK akan masuk ke sektor informal seperti perdagangan misalnya. Ini menjadi peluang bagi perbankan terutama bank yang fokus ke sektor ini seperti BRI dan Danamon," katanya. Sementara itu, dukungan perbankan yang lebih kuat juga di dapat dari perekonomian Indonesia yang lebih tahan terhadap krisis keuangan saat ini dibandingkan perekonomian singapura. Menurut dia, ekonomi Indonesia akan lebih baik dibandingkan Singapura. "Sebab Singapura perekonomiannya mengandalkan ekspor barang jadi seperti elektronik, dampak dari resesi duni dan turunya permintaan langsung berdampak pada perekonomian mereka, bahkan diramalkan tumbuh negatif tahun depan," katanya. Ia mengungkapkan dari hasil analisis dampak penurunan satu persen pertumbuhan ekonomi AS hanya menurunkan 0,7 persen pertumbuhan ekonomi. Sementara bagi Singapura, penurunan satu persen pertumbuhan AS membuat perekonomiannya terpuruk 1,7 persen. "Jadi untuk tahun mendatang keadaan kita lebih baik daripada singapura," katanya. Melihat kondisi perbankan tersebut di atas, maka menurut dia, perbankan Indonesia saat ini tidak perlu blanked guarantee atau jaminan menyeluruh bagi para deposan. Sebab penjaminan oleh pemerintah kepada para penabung hingga Rp2 miliar sudah mencukupi. "Hal yang diperlukan utamanya adalah peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang jaring pengaman sektor keuangan dapat diubah menjadi undang-undang jadi bukan blanked guarantee," katanya Sebab, dengan adanya UU maka, para pengambil kebijakan akan lebih mantap dan tidak ragu dalam mengambil tindakan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008