Los Angeles, (ANTARA News) - Majalah Playboy di masa mendatang akan tampil dengan foto telanjang yang lebih Berkelas serta tajuk rencana yang bernada lebih kritis.

Marston Hefner (18) dan Cooper Hefner (17), dua bersaudara calon penerus dinasti pemilik majalah itu, mengemukakan gagasan-gagasan mereka  tersebut dalam wawancara untuk Playboy edisi Januari tahun depan.

Dua mahasiswa itu mengatakan, perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan untuk kelangsungan penerbitan tersebut.

"Nantinya, saya kira perlu arah yang berbeda," kata Marston sebagaimana dilaporkan Reuters.

"Pada tahun 1960-an kita punya pemimpin-pemimpin besar gerakan sipil yang menulis atau melakukan wawancara untuk Playboy. Saat ini perjuangan masih berlangsung. Meski kini perjuangan  utama bukan lagi soal gerakan hak-hak sipil,  kami mungkin akan memuat artikel mengenai hal-hal menggelisahkan  yang selama ini orang takut membicarakannya dan lebih banyak diserahkan kepada para pemikir."

Cooper Hefner dirinya "mutlak" ingin terlibat dalam perusahaan itu karena dia senang berbisnis.

"Saya ingin cewek-cewek ditampilkan seperti zaman 1950-an dan 1960-an  yaitu berseni dan berkelas. Saya ingin membangkitkan cita rasa retro, " katanya.

Ayah mereka, Hugh Hefner (82), mengawasi setiap aspek Playboy sebagai pemimpin redaksi, mulai dari panjang artikel,   rubrik jenaka, kartun dan proses "airbrush layout" foto telanjang.

Playboy Enterprises Inc sedang dalam masa sulit dan rugi 10 juta dolar (sekitar Rp99 miliar) setiap tahun, kata kepala keuangan perusahaan itu, Linda Havard,  saat konverensi  investor pada awal bulan ini.

Saudara  satu ayah mereka,  Christie Hefner, (56) bulan ini mengumumkan akan mengundurkan diri sebagai bos Playboy  Enterprises di bulan Januari setelah dua dasawarsa memimpin.

Marston dan Cooper yang dibesarkan  oleh ibu mereka,  bekas "Playmate" Kimberley Conrad Hefner. Rumah mereka bertetangga dengan "Playboy Mansion".

Di mansion itu, ada foto besar ibu mereka yang sedang telanjang.Cooper mengatakan ia tidak lagi membawa teman-temannya datang ke sana karena malu.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2008