Bandarlampung (ANTARA News) - Korban meninggal dunia kecelakaan bus PO Penantian Utama BE-2234-FC yang membawa rombongan pengantin, masuk jurang bertambah satu, sehingga menjadi 13 orang. Informasi tersebut disampaikan Kepala Dinas Perhubungan Lampung, Haryo Satmiko, di Bandarlampung, Sabtu malam, yang terus memantau perkembangan tragedi tersebut. Ia menjelaskan, seluruh korban beralamat di Simpang Sender Kecamatan Ranau Tengah, Oku Selatan, Sumatera Selatan yakni Budi (18 tahun), Siti (60), Rani (18), Miston (60), Mizwar (40), Firnando (33), Almah (50), Akmah (53), Berlian (60), Suyati (60), Zaenunah (52), Juariah (42), dan Sarina (56). "Seluruh korban sudah dievakuasi ke Sumatera Selatan, dan kami sudah koordinasi dengan Jasa Raharja untuk santunannya," kata dia. Haryo menambahkan, tim gabungan telah turun untuk melihat dan melakukan investigasi guna mengetahui penyebab kecelakaan, dan hasilnya dibawa ke masing-masing satuan. Tim tersebut terdiri atas kepolisian, dinas perhubungan provinsi, jasa raharja dan dinas pekerjaan umum. Bus mengangkut rombongan pengantin tersebut, masuk jurang sedalam sekitar 60 meter di Tebing Batu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) jalur Lemong (Lampung Barat)-Bengkulu, Jumat (19/12) siang. Menurut keterangan Kapolres Lampung Barat, AKBP Muhammad Muslim Siregar, bus tersebut dari Muaradua Oku Selatan dengan tujuan Manna Bengkulu, membawa 38 penumpang dan terperosok ke tebing batu Syekh Manula TNBBS sekitar pukul 13.30 WIB. Akibat musibah tersebut, tujuh korban tewas di lokasi, sedangkan lima meninggal di Puskesmas Nasal, Kabupaten Kaur Bengkulu, sebab puskesmas terdekat karena tempat kejadian perkaranya hampir mendekati perbatasan antara Lampung Barat-Bengkulu, namun salah satu korban luka akhirnya meninggal dunia. "Lokasi kejadian memang di wilayah tugas kami, tetapi puskesmas terkedat ke Nasal, kabupaten Kaur, Bengkulu," katanya. Bus yang dikemudikan Erwin (24) warga Desa Sukarame, Kecamatan Bandingagung Oku Selatan, membawa rombongan pengantin, menuju Nasal, Kabupaten Kaur, Bengkulu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008