Jambi (ANTARA News) - Partai-partai kecil berpeluang besar pada Pemilu 2009 baik Pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, karena pada pemilu mendatang akan muncul fenomena "Swing Voter" yaitu prilaku pemilih yang tidak terikat dengan partai politik (Parpol) dalam kurun waktu cukup lama.

"Fenomena itu kini sebenarnya sudah mulai menghantui para elite politik dari partai-partai politik besar seperti Golkar, PDIP, PAN, PKB, PKS, dan PPP," kata Donny Pasaribu, salah satu Caleg DPRD Provinsi Jambi dari Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Senin.

Ia mengutip hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang amat mengejutkan menjelang Pemilu Legislatif pada 2009 hanya 15 persen pemilih menyatakan terikat dengan parpol, dan 85 persen pemilih potensial yang tidak terikat dengan parpol atau non partisan.

Pemilih non partisan itu akan cenderung memilih Partai Demokrat dan Gerakan Indonesia (Gerindra). Dua parpol tersebut mulai melekat dihati rakyat, terutama Partai Demokrat yang dibina Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menunjukkan eksistensi dan komitmen membangun bangsa serta memberantas korupsi.

Dalam posisi seperti itu akan menjadi peluang besar bagi partai kecil untuk mendekati dan merebut basis pemilih potensial non partisan dengan menjual program partai atau para caleg yang memiliki "track record " yang baik dan kritis.

"Sebenarnya partai- partai kecil seperti Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), PIB, Republikan dan lain sebagainya merupakan langkah yang tepat merebut basis pemilih non partisan itu," kata Donny yang juga aktifis lingkungan itu.

Namun ditengah krisis multi dimensi yang terjadi saat ini telah menempatkan masyarakat khususnya para "Swing Voter" lebih cenderung untuk tidak memilih atau golongan putih (Golput), karena partai besar atau pemenang Pemilu 2004 dinilai tidak membawa perubahan dan perbaikan bangsa ini.

"Kecenderungan masyarakat Golput pada 2009 sulit dipungkiri, sebab kalau memilih partai baru juga belum ada jaminan akan terjadi perbaikan dan perubahan," tambahnya.(*)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008