London (ANTARA News/Reuters) - Memasuki tahun baru 2009, satu fenomena tak biasa menyeruak di dunia investasi yaitu harapan relatif optimistis.

Ada embel-embel kata relatif di situ, namun pesan terpenting adalah tahun baru akan membawa akhir satu masa nestapa yang dirasakan banyak investor namun kini menyaksikan saham-saham global pulih lagi harganya dan semua jenis aset berisiko tinggi akan dimainkan lagi oleh pemodal.

Apa yang tersedia kini tentunya bukan hanya hari-hari bullish (kecenderungan naiknya lagi harga saham) di pasar modal yang mengaburkan krisis kredit, tetapi juga harapan besar investor untuk pulihnya lagi perekonomian.  Beberapa kalangan percaya pemulihan itu mulai tampak.

"Orang sedang mengambil posisi di era pasca resesi. Itulah yang sedang berlaku saat ini.  Apa yang selama ini kita lihat adalah harga-harga sudah terlalu murah. Orang ingin segera melewati kekacauan ini," kata Charlie Morris, kepala analisis laba pada HSBC Global Asset Management.

Tema besar tahun 2009 adalah tatkala perekonomian global akan terus memburuk setidaknya hingga beberapa kuartal ke depan, pasar modal justru sudah menaksir kecenderungan itu.

Jadi, manakala sebuah perusahaan seperti Generali Investments dari Itali memprediksi pertumbuhan global pada masa resesi tahun depan akan 1,7 persen, saat bersamaan mereka memproyeksikan indeks harga saham naik 14 sampai 15 persen dalam kurun 12 bulan mendatang.

Prediksi ini sebagian didorong oleh proyeksi bahwa siklus investasi cenderung lebih dulu memulihkan diri ketimbang normalnya lagi siklus ekonomi dan laba.

"Pasar modal dan kredit kerap lebih dulu pulih dibanding siklus ekonomi. Jadi, meskipun PDB tidak bisa tumbuh sampai paruh kedua tahun depan, aset-aset berisiko lebih tinggi akan lebih dulu pulih (saham dan obligasi termasuk yang disebut aset berisiko, red)," kata Michael Dicks, konsultan investasi pada Barclays Wealth, kepada para kliennya dalam sebuah paparan proyeksi ekonomi tahun 2009.

Jajak pendapat Reuters yang menjaring pendapat para pengelola dana dan para analis melukiskan sebuah gambaran mengenai tumbuh moderatnya indeks saham pada 2009, masing-masing dua digit di negara-negara maju dan di atas 20 persen di negara-negara berperekonomian berkembang.

Sinyal membaik

Mulai tahun depan mulai muncul tanda-tanda bahwa akar dari simpul gejolak pasar keuangan dunia dalam satu setengah tahun terakhir telah terpetakan.

Data bulan lalu memberi gambaran bahwa ketika investor diselimuti skeptisme, sebenarnya mereka tidaklah seskeptis itu karena aliran dana dan indikator-indikator aset lainnya tengah bergerak menuju arah sama, menyasar kepulihan.

Penjejak arah pemulihan ekonomi, EPFR Global, mencatat beberapa tanda bahwa tarikan berinvestasi mulai menemukan gairahnya lagi pada minggu kedua Desember 2008.

Pasar saham di negara-negara berperekonomian berkembang disebut oleh lembaga ini telah membukukan investasi masuk netto terbesar sejak pertengahan Juli, kurang lebih satu miliar dolar AS (Rp11 triliun).

Pasar obligasi yield (dividen) tinggi juga tumbuh cukup moderat karena tawaran risiko yang relatif atraktif.

Sementara volatilitas (gejolak) pasar modal jauh lebih mereda dalam dua bulan terakhir, setidaknya menurut perhitungan Indeks Volatilitas VIX.  Indeks kecemasan berinvestasi ini turun sekitar 40 persen dari puncaknya pada Oktober lalu.

Sinyal bagus lainnya mengenai berangsur pulihnya kepercayaan investor muncul dari indeks pertumbuhan dagang maritim rilisan Baltic Exchange yang bulan ini dicatat sebagai bulan positif pertama sejak Mei 2008.  Ini mengindikasikan gairah transaksi ekspor impor dunia naik lagi.

Di pasar saham sendiri, indeks harga saham global utama MSCI (dari Morgan Stanley Capital Investment yang merangkum indeks saham seluruh dunia yang menjadi acuan indeks saham global) menjadi seksi kembali dengan mencatat kinerja terbaik sejak Mei 2008.  Tawaran gain bulanan ini hanya terjadi lima kali dalam 18 bulan terakhir.

"Jika kita sudah 24 bulan mengalami resesi, maka kita sudah terbiasa dengan kondisi itu, dan kini adalah masa untuk memulai melihat pulihnya kembali pasar modal," kata investor Wall Street, Jim O'Shaughnessy dalam Simposium Investasi Reuters di New York.

Kunci kata yang diberikan O'Shaughnessy adalah "jika."  Untuk sementara waktu para investor berharap tahun 2009 adalah tahun yang lebih ramah untuk pasar keuangan, mereka memprediksi kejatuhan ekonomi global adalah hal normal "jika" penurunan ekonomi dunia memang sangat tajam dan tidak biasa.

Namun, semua prediksi itu akan sia-sia belaka jika resesi berubah menjadi depresi.

Tapi itu bukan hal yang diinginkan terjadi dan bukan pula sesuatu yang diharapkan para investor.  Jajak pendapat Merill Lynch kepada para manajer investasi yang diadakan bulan lalu memperlihatkan, 26 persen responden memprediksi perekonomian global akan tumbuh lebih kuat tahun depan ketimbang sekarang.

"Pesimisme sepertinya tengah meredup," kata Karen Olney, seorang perencana investasi dari Merrill Lynch.

Pandangan umum yang muncul adalah tetaplah waspada ketika berinvestasi di paruh pertama tahun depan dan kesampingkan dulu menggapai deviden dari aset berisiko tinggi.

Richard Lacaille, kepala investasi global pada State Street Global Advisors, salah satu lembaga pengelola dana terbesar dunia, menyebut perusahaannya telah memprediksi ada pemindahan dana investasi portofolio di tahun berjalan nanti.

"Premi risiko dari eksposur kredit dan saham menjadi atraktif.  Selama 2009, kami perkirakan kecenderungan pemindahan investasi portofolio itu berlangsung agresif," papar Richard.

Jadi, jangan ragu beli saham dan berinvestasilah lagi mulai sekarang.  (*)

Pewarta: jafar
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2008