Jakarta,  (ANTARA News) - Menneg BUMN Sofyan Djalil membantah bahwa ada rekening-rekening di BUMN seperti yang diindikasikan liar oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

"Saya tidak melihat ada rekening yang dimaksudkan (liar)," katanya, di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, dirinya tidak mengetahui persis rekening yang dimaksudkan BPK di departemen.

"Saya pikir rekening liar yang juga dimaksud Menkeu (Sri Mulyani--red) Itu ada rekening di BUMN yang perlu dikonsolidasi," ujarnya.

Ia memastikan tidak melihat ada rekening yang dimaksud, namun kalaupun ada hal-hal yang perlu diperbaiki dan ditertibkan akan lakukan.

Terkait kinerja keuangan BUMN selama 2008, Sofyan menjelaskan, masih melakukan analisa dan evaluasi karena terkait gejolak nilai tukar rupiah dan bagaimana kebijakan Pernyataan Standar Akutansi (PSAK).

Terhadap kurs mata uang, kalau mengikuti ketentuan sekarang maka BUMN banyak yang menyimpan dolar mendapatkan keuntungan.

"Penetapan PSAK nya sedang dibicarakan dengan Ditjen Pajak dan Bapepam," ujarnya.

Jika PSAK itu bisa dikecualikan Ditjen Pajak maka pendapatan BUMN tidak menemui masalah.

Meski begitu, ia tidak bisa memastikan kerugian yang dialami BUMN akibat kenaikan valas tersebut.

Menurut catatan Kementerian BUMN, laba bersih 140 BUMN sesuai Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp81,2 triliun, naik sekitar 13,42 persen dibanding prognosa laba bersih 2007 sebesar Rp71,59 triliun.

Kenaikan laba bersih sejalan dengan keberhasilan menjalankan program perencanaan dan pembinaan, restrukturisasi dan pertumbuhan, serta ekspansi dan penciptaan nilai tambah perusahaan.

Saat bersamaan BUMN yang rugi pada 2008 diperkirakan tinggal 11 perusahaan antara lain,PLN, Merpati, Pelni, PT Kereta Api, Reasuransi Umum Indonesia, Inhutani V, Perum Produksi Film Nasional, Industri Sandang, Primissima, Survei Udara Penas, Boma Bisma Indra, dan Kertas Kraft Aceh.(*)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2008